Beirut (ANTARA) - Sedikitnya 100 orang tewas pada Kamis (5/10) dalam serangan terhadap sebuah akademi militer di Suriah, kata seorang pemantau perang dan seorang pejabat, serangan dilakukan dengan drone atau pesawat tak berawak yang dipersenjatai.

Drone mengebom tempat tersebut beberapa menit setelah menteri pertahanan Suriah meninggalkan upacara wisuda di sana.

Ini adalah salah satu serangan paling berdarah yang pernah terjadi terhadap bangunan tentara Suriah, dan merupakan penggunaan drone bersenjata yang belum pernah terjadi sebelumnya di negara yang telah menghadapi perang saudara selama 12 tahun itu.

Warga sipil dan personel militer tewas dalam serangan terhadap akademi militer di provinsi tengah Homs, kata kementerian pertahanan Suriah, seraya menambahkan bahwa kelompok "teroris" telah menggunakan pesawat tak berawak.

Pernyataan itu tidak menyebutkan secara spesifik organisasi apa dan tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Kementerian pertahanan dan luar negeri Suriah berjanji akan merespons dengan kekuatan penuh. Pasukan pemerintah Suriah melancarkan serangan bom besar-besaran di zona Idlib yang dikuasai oposisi sepanjang hari.

Menteri Pertahanan Suriah menghadiri upacara wisuda tersebut tetapi meninggalkan lokasi beberapa menit sebelum serangan, menurut sumber keamanan Suriah dan sumber keamanan di aliansi regional yang mendukung pemerintah Damaskus melawan kelompok oposisi.

"Setelah upacara, orang-orang turun ke halaman dan bahan peledak meledak. Kami tidak tahu dari mana asalnya, dan banyak mayat berserakan di tanah," kata seorang pria Suriah yang membantu menyiapkan dekorasi di akademi untuk acara tersebut.

Rekaman gambar yang dibagikan kepada Reuters melalui aplikasi pesan WhatsApp menunjukkan orang-orang – beberapa mengenakan seragam dan lainnya mengenakan pakaian sipil – tergeletak di genangan darah di halaman yang luas.

Beberapa jenazah masih membara dan sebagian lagi masih terbakar. Di tengah teriakan itu, terdengar seseorang berteriak "Keluarkan dia!" Suara tembakan terdengar di latar belakang.

Reuters tidak dapat memastikan keaslian rekaman tersebut.

Lembaga Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) mengatakan lebih dari 100 orang tewas dan 125 lainnya luka-luka. Seorang pejabat di aliansi yang mendukung pemerintah Suriah mengatakan jumlah korban jiwa mencapai sekitar 100 orang.

Menteri Kesehatan Hassan Al-Ghobash memberikan angka kematian yang lebih rendah, dan mengatakan kepada TV pemerintah bahwa 80 orang tewas, termasuk enam wanita dan enam anak-anak, tetapi mengatakan sekitar 240 orang terluka.

Konflik Suriah dimulai dengan protes terhadap Presiden Bashar al-Assad pada 2011, tetapi berkembang menjadi perang habis-habisan yang menyebabkan ratusan ribu orang tewas dan jutaan orang mengungsi.

Tentara Suriah telah hancur akibat pertempuran tersebut, dan sangat bergantung pada dukungan militer dari Rusia dan Iran serta pejuang yang didukung Teheran dari Lebanon, Irak dan negara-negara lain.

Assad berhasil merebut kembali sebagian besar wilayah negaranya, tetapi wilayah di utara yang berbatasan dengan Turki masih dikuasai kelompok oposisi bersenjata, termasuk pejuang garis keras.

Sumber: Reuters

Baca juga: Fasilitas kelompok teror PKK/YPG di Irak dan Suriah target sah Turki
Baca juga: Xi Jinping dan Bashar Al Assad umumkan kemitraan strategis dua negara

Penerjemah: M Razi Rahman
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2023