Paris (ANTARA) - Pemerintah Prancis berjuang mengatasi kekhawatiran publik terhadap "serbuan" kutu busuk di Paris menjelang Olimpiade Musim Panas 2024 di kota itu.

Pada Jumat, pejabat pemerintah menggelar rapat mendadak untuk membahas cara mengatasi krisis yang viral di media sosial itu, meski sebagian besar pakar hama tidak terlalu mengkhawatirkannya.

Kutu busuk atau kepinding adalah serangga kecil tak bersayap bertubuh pipih yang bersembunyi di bawah kasur atau sofa. Seperti nyamuk, serangga ini mengisap darah.

Inang utama kutu busuk adalah manusia. Meski parasit ini dapat terinfeksi oleh patogen manusia, belum ada penelitian ilmiah yang menunjukkan bahwa mereka menularkan penyakit.

Kutu busuk betina dapat bertelur satu sampai lima butir per hari dan bisa menetaskan 200 hingga 500 telur selama hidupnya. Mereka mampu bertahan selama berbulan-bulan tanpa makanan, kata para ahli hama.

Penumpang kereta, penonton bioskop, dan pemengaruh AS yang sedang menyaksikan Fashion Week adalah sebagian dari mereka yang pernah melaporkan telah melihat atau digigit kutu busuk di Paris.

Situasi itu dinilai dapat mengganggu penyelenggaraan Olimpiade Paris 2024.

Anggota parlemen dari kubu sayap kiri Mathilde Panot membawa ampul yang katanya berisi kutu busuk ke dalam gedung parlemen.

Dia mengatakan kepada Perdana Menteri Elisabeth Borne bahwa kutu busuk ada di mana-mana dan dia mengkritik pemerintah karena tidak bertindak.

"Ibu Perdana Menteri, serangga kecil ini menyebarkan keputusasaan di negara kita. Haruskah kita menunggu Matignon (kantor PM) diserbu (kutu busuk) sebelum Anda bertindak," kata Panot.

Anjing-anjing pelacak dikerahkan untuk mencari kutu busuk di kereta api dan kereta bawah tanah Paris meski sejauh ini belum ditemukan satu ekor pun, kata Menteri Transportasi Prancis.

Pada 2017-2022, lebih dari satu per 10 rumah tangga di Prancis telah terinfeksi kutu busuk, kata otoritas kesehatan.

Badan Nasional Keamanan Pangan, Lingkungan, dan Tempat Kerja (ANSES) mengatakan adanya kutu busuk bukan berarti kebersihannya buruk.

Sebuah organisasi pengendali hama mengatakan panggilan untuk mengatasi kutu busuk selama Juni-Agustus naik 65 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Pengendalian hama memakan banyak biaya dan sering kali tidak terjangkau oleh keluarga berpendapatan rendah.

Paris tidak sendiri, karena ada kota-kota besar di AS yang juga menghadapi wabah kutu busuk. Menurut Orkin, kelompok pengendalian hama, tahun ini Chicago, New York, dan Philadelphia menduduki peringkat teratas.

"Tentu saja kita memiliki lebih banyak kutu busuk daripada sebelumnya, seperti kota-kota besar lainnya di dunia," kata Nicolas Roux de Bezieux, seorang pendiri kantor konsultan pengendalian hama, Badbugs.

"Tetapi ini bukan ledakan seperti Anda kira ketika menonton televisi," katanya.

Entomolog Jean-Michel Berenger mengatakan kepada harian Le Monde bahwa beberapa dekade lalu kutu busuk bisa dikendalikan berkat insektisida yang murah dan efektif.

Insektisida itu, termasuk DDT, kemudian terbukti berbahaya bagi kesehatan manusia dan dilarang.

Kutu busuk berhasil membangun resistensi atau ketahanan terhadap insektisida lain yang lebih ringan, kata para ilmuwan.

Meningkatnya populasi kutu busuk di Paris akhir-akhir ini disebabkan pula oleh kebangkitan pariwisata setelah pandemi COVID-19. Kutu busuk sering terbawa dalam pakaian dan bagasi.

Pengendali hama menyarankan wisatawan untuk memeriksa seprai dan kursi angkutan umum untuk melihat tanda-tanda kutu busuk, seperti bercak kecil berwarna karat.

Barang bawaan harus diperiksa dengan cermat saat dimasukkan kembali ke dalam koper dan saat tiba di rumah.

Sumber: Reuters

Baca juga: Kiat menghindari kutu busuk saat menginap di hotel

Baca juga: Tikus Rusak Pariwisata New York

 

Prestasi empat atlet Indonesia yang raih tiket Olimpiade Paris 2024

Penerjemah: Anton Santoso
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2023