New York (ANTARA News) - Harga minyak turun pada Rabu (Kamis pagi WIB), menyusul laporan persediaan minyak AS yang "bearish" dan di tengah spekulasi bahwa Federal Reserve bisa membatasi program pelonggaran kuantitatifnya lebih awal.

Harga patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli menetap pada 94,28 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, turun 1,90 dolar AS dari Selasa.

Harga patokan Eropa, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Juli ditutup pada 102,60 dolar AS per barel di London, turun 1,31 dolar AS.

Pasar dilanda aksi jual menyusul laporan persediaan AS yang menunjukkan persediaan minyak mentah menurun sebesar 300.000 barel pada pekan lalu, lebih rendah dari penurunan 600.000 barel yang diperkirakan oleh para analis dalam survei Dow Jones Newswires.

Bahkan lebih dramatis, persediaan bensin naik sebesar tiga juta barel, sedangkan para analis telah memperkirakan penurunan 100.000 barel.

Angka bensin "membebani", pedagang Again Capital John Kilduff mengatakan.

"Laporan ini terus menekankan fundamental yang bearish," kata Gene McGillian, analis dan pialang di Tradition Energy, yang mengutip tingginya pasokan di pusat minyak mentah penting Cushing, Oklahoma.

Sementara itu, para analis bergulat dengan pesan di balik kesaksian Ketua Federal Reserve Ben Bernanke kepada Kongres pada Rabu. Meskipun Bernanke menekankan bahwa kondisi ekonomi tidak menjamin mengakhiri langkah-langkah stimulus agresif Fed, ia juga mengatakan Fed bisa menarik kembali dalam beberapa pertemuan berikutnya jika kondisi ekonomi membaik.

Pernyataan Bernanke itu "semacam suram," kata McGillian.

"Saya tidak berpikir pasar mendapat sinyal nyata dari kesaksian tersebut," kata McGillian.

Tetapi reaksi investor menunjukkan bahwa pasar mengambil pernyataan Bernanke sebagai tanda bahwa Fed akan membatasi pembelian obligasi di masa yang akan datang.

Pasar ekuitas jatuh setelah kesaksian, sementara dolar AS menguat terhadap mata uang lainnya, sebuah tanda pasar berpikir AS mundur dari pelonggaran akan mendahului pengetatan moneter di negara besar lainnya.

"Pada titik tertentu mereka akan melakukan beberapa pengetatan," kata Kyle Cooper, managing partner IAF Advisors di Houston, Texas. "Itu sebabnya saham turun dan minyak mentah mengikuti ekuitas," demikian AFP.
(A026)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013