Jakarta (ANTARA News)  - Menteri BUMN Dahlan Iskan, Kamis memberikan ceramah di depan sekitar 200 mahasiswa Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia tentang perusahaan perusahaan-perusahaan negara di luar negeri serta di Tanah Air sebagai lokomotif pembangunan ekonomi.

Dalam seminar bertajuk "Enhancing BUMN`s Impact Toward Posperous Social Welfare" tersebut, Dahlan memaparkan peran BUMN di Indonesia sebagai lokomotif pembangunan nasional, mesin pertumbuhan ekonomi  dan memajukan usaha kecil dan menengah.

Dahlan hadir sekitar pukul 09:30 WIB, langsung memasuki ruangan seminar dan sekaligus didaulat menjadi pembicara kunci.

Mantan Dirut PT PLN ini, seperti biasanya ketika memberikan ceramah tidak menyiapkan naskah pidato yang akan disampaikan kepada peserta seminar.

Dahlan pun membeberkan sejarah pengelolaan dan peran BUMN di sejumlah negara.

"Banyak negara di dunia tidak punya BUMN, seperti Amerika Serikat, Jepang. Inggris dan Prancis pernah memiliki BUMN, namun dijual sehingga tidak lagi memiliki perusahaan milik negara," ujar Dahlan.

Ia menambahkan, banyak negara maju tapi tanpa BUMN, karena dalam negara yang demokrasi ada kecenderungan tidak ingin pemerintah terlalu kuat.

Disebutkannya, seperti di China awalnya hampir semua sektor dikuasai negara, mulai dari kios bakso hingga salon, mulai dari transportasi hingga perusahaan energi.

"Namun yang membuat China lebih maju seperti sekarang ini adalah ketika pemerintah membebaskan rakyatnya mendirikan perusahaan sejak tahun 1984. Semua orang bisa mendirikan dan membesarkan perusahaan," ujarnya.

Perusahaan skala kecil diserahkan kepada rakyat kecil, perusahaan sedang diserahkan kepada sebagian rakyat, dan perusahaan besar dikuasai negara.

Pada kesempatan itu, Dahlan yang juga mantan Dirut PT PLN ini membandingkannya dengan pengelolaan BUMN di Indonesia.

"Kita banyak memiliki BUMN warisan Belanda, yang jumlahnya sebanyak 141 BUMN," ujarnya.

Meski demikian, Dahlan menambahkan dari seluruh BUMN hanya sekitar 20 BUMN yang memiliki keuntungan signifikan, selebihnya pas-pasan, bahkan ada yang merugi bertahun-tahun.

"Terdapat 16 BUMN yang pada dasarnya tidak layak dipertahankan, alias seharusnya sudah dikubur," tegas Dahlan.

Untuk itulah ia menjelaskan, pemerintah terus mengupayakan right sizing BUMN hingga menyisakan sebanyak 25 perusahaan yang memiliki keuntungan dan dapat berkembang di masa datang.

Seperti biasa, Dahlan tidak ingin berlama-lama dalam memberikan sambutan.

Saat itu pula, pria kelahiran Magetan, 17 Agustus 1951 ini mengundang enam mahasiswa naik podium untuk tanya jawab.

Pertanyaan mahasiswa terkait dengan berbagai hal, mulai dari pembubaran BUMN yang merugi, daya saing BUMN menghadapi Masyarakar Ekonomi ASEAN 2015, hingga membentuk holding BUMN.

Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013