Makassar (ANTARA) - Menteri Sosial Tri Rismaharini memaparkan perlindungan sosial bagi disabilitas di Forum Tingkat Tinggi ASEAN tentang Pembangunan Inklusif Disabilitas dan Kemitraan Pasca Tahun 2025 atau The ASEAN High Level Forum (AHLF) on Enabling Disability-Inclusive Development and Partnership beyond 2025.

Mensos Risma di Makassar, Selasa, mengatakan program perlindungan sosial pandemi COVID-19, diberikan kepada penyandang disabilitas yang mengalami kerentanan ganda, karena harus berjuang mengatasi tantangan akibat disabilitas, serta bertahan dalam situasi ekonomi yang sangat sulit.

"Bantuan perlindungan sosial diberikan dalam bentuk program subsidi, jaminan kesehatan dan pekerjaan, program jaminan sosial untuk mengurangi risiko kecacatan, dukungan keuangan mikro bagi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), Bantuan Rehabilitasi Sosial (ATENSI) dan program permakanan untuk penyandang disabilitas tunggal," ujar Mensos Risma kepada para Menteri Sosial ASEAN dan peserta forum.

Baca juga: Mensos: Kemajuan inklusi disabilitas di ASEAN masih hadapi tantangan

Khusus pada program permakanan bagi penyandang disabilitas tunggal, Mensos mengatakan ini merupakan program baru yang diluncurkan setelah proyek percontohan selama tiga bulan pada tahun 2022, yang menyasar 33.774 penerima. Program ini memberikan bantuan permakanan sebanyak dua kali sehari kepada penyandang disabilitas tunggal sesuai Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dan belum pernah menerima bantuan sosial dari pemerintah.

Program permakanan merupakan upaya pemenuhan kebutuhan dasar pangan masyarakat yang diluncurkan bersamaan dengan bantuan permakanan untuk 247.147 lansia dan ATENSI untuk panti asuhan sebanyak 378.755 anak.

Sama halnya dengan program bantuan permakanan bagi penyandang disabilitas tunggal, Program Permakanan Lanjut Usia Tunggal berfungsi sebagai upaya penghormatan, perlindungan, dan pemberian jaminan sosial berupa pemenuhan kebutuhan pangan dasar dan gizi secara komprehensif.

Pentingnya perhatian pada individu lanjut usia tunggal muncul dari adanya perubahan fisik, mental, dan psikososial yang mengakibatkan menurunnya kemampuan mereka dalam melakukan aktivitas sehari-hari, terutama ketika individu lanjut usia hidup sendirian.

Selain lansia, pemerintah Indonesia juga memberikan kepedulian terhadap anak-anak yatim piatu, termasuk anak yatim piatu penyandang disabilitas. Mereka yang kehilangan orang tuanya tidak hanya membutuhkan dukungan untuk kebutuhan fisiknya, tetapi juga dukungan psikososial, pengasuhan, dan pendidikan lanjutan.

Program bantuan tunai kepada anak yatim piatu ini diharapkan dapat meringankan beban mereka dan memastikan bahwa setiap anak yatim piatu mempunyai hak atas penghidupan dan pendidikan yang layak, hal ini bertujuan untuk memberikan solusi berkelanjutan yang fokus agar tidak ada seorang pun yang tertinggal.

"Bentuk dukungan lain yang diberikan pemerintah Indonesia kepada penyandang disabilitas adalah penyediaan alat bantu yang disesuaikan dengan kebutuhan. Indonesia telah menghasilkan alat bantu inovatif seperti tongkat adaptif, gelang Gruwi untuk penyandang disabilitas sensorik rungu wicara, serta gelang Grita untuk penyandang disabilitas intelektual. Alat bantu ini meningkatkan aksesibilitas penyandang disabilitas, sehingga mereka dapat berfungsi secara optimal dalam kehidupan sehari-hari," kata dia.

Indonesia juga melaksanakan program pemberdayaan sosial bagi penyandang disabilitas, yakni bergabung dalam program PENA atau Pahlawan Ekonomi Nusantara. Sepanjang tahun 2023, PENA telah mendampingi 5.355 penerima menjadi wirausaha, termasuk penyandang disabilitas.

Baca juga: Mensos buka AHLF 2023 dorong ASEAN melangkah penuhi hak disabilitas

Baca juga: Mensos tunjukkan disabilitas Indonesia dapat mandiri di AHLF 2023


PENA untuk disabilitas telah mengubah paradigma intervensi, karena menempatkan penyandang disabilitas bukan sebagai orang yang harus dibantu, namun sebagai manusia potensial yang mampu mandiri.

"Saya yakin setiap negara di ASEAN mempunyai strategi dan pendekatan dalam menghormati, melindungi dan memenuhi hak-hak penyandang disabilitas. Oleh karena itu, melalui acara ini mari kita belajar dan berbagi praktik terbaik dari masing-masing negara anggota, mengambil pelajaran darinya, dan menyesuaikannya untuk diterapkan sesuai dengan kondisi di negara kita masing-masing," ujar dia.

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2023