Mataram (ANTARA News) - Beberapa daerah di Nusa Tenggara Barat (NTB) terancam rawan pangan, terutama yang kemungkinan mengalami gagal panen akibat kekeringan pada musim tanam kedua tahun ini. Kepala Bidang (Kabid) Distribusi dan Harga Pangan Badan Urusan Ketahanan Pangan Daerah (BUKPD) NTB Ir. Dadih Permana di Mataram Senin mengaku belum mengetahui secara pasti luas lahan yang kemungkinan mengalami gagal panen, sementara data kasus sebelumnya mencapai 3.000-7.000 hektar. "Kita sudah mengingatkan petani agar tidak menanam padi pada musim tanam kedua, karena persediaan air tidak mencukupi dan para petani diarahkan menanam palawija seperti jagung, kedelai, kacang hijau dan kacang tanah mengingat volume air di sejumlah bendungan mulai berkurang," ujarnya. Dikatakan, tinggi permukaan air di beberapa bendungan sudah mulai berkurang seperti di Bendungan Sumi, Kecamatan Wera, Kabupaten Bima yang selama ini mengairi lahan seluas 2.000 hektar sawah. Dinas Pertanian NTB telah mengantisipasi kemungkinan kekeringan tersebut dengan menyiapkan dana tanggap darurat untuk mengganti kerugian petani dengan memberikan bibit palawija agar kerugian yang diderita tidak terlalu besar. Dalam kaitan itu, kata Dadih, Dewan Ketahanan Pangan dalam waktu dekat mengadakan rapat untuk membahas berbagai langkah yang akan diambil jika terjadi gagal panen yang mengakibatkan rawan pangan. Mengenai informasi kelaparan di Kecamatan Batulayar, Lombok Barat, Dadih mengatakan, itu tidak benar, hanya saja daya beli masyarakat yang sebagian besar nelayan itu menurun karena mereka tidak bisa melaut selama musim ombak besar. "Memang benar pada saat musim ombak besar sekarang sebagian besar nelayan menggunakan waktu luangnya untuk mencari gadung, selain untuk dimakan juga dijual dengan harga cukup mahal mencapai Rp8.000 per kilogram, karena sekarang kebetulan sedang musim gadung," ujarnya.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006