Asta Brata berisi tuntunan delapan sikap utama bagi seorang pemimpin.
Jakarta (ANTARA) - Puri Kauhan Ubud menghadiahkan lontar yang memuat Asta Brata kepada Menkopolhukam Mahfud Md. dalam kunjungan kerja ke Bali.

"Lontar yang memuat Asta Brata memuat ajaran kepemimpinan dalam kakawin Ramayana," kata Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud AAGN Ari Dwipayana dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu.

Asta Brata berisi tuntunan delapan sikap utama bagi seorang pemimpin. Lontar beraksara Bali dengan bahasa Jawa Kuno itu disimpan dalam sebuah kotak kayu yang disebut keropak,

Pada saat lontar diserahkan, Cok Sawitri, penggerak budaya, melantunkan teks asli kakawin Ramayana dan menjelaskan artinya sehingga mudah dipahami oleh Menkopolhukam RI.

Ari Dwipayana menjelaskan bahwa Puri Kauhan Ubud adalah salah satu Puri di Bali yang aktif bergerak dalam pelestarian dan pemajuan budaya (culture), serta perlindungan alam (nature) dengan menggunakan pendekatan kekinian untuk menjawab tantangan masa depan (future).

Ari Dwipayana juga mengajak Mahfud Md. untuk melihat pameran mini yang menunjukkan manuskrip lontar koleksi Puri Kauhan Ubud.

Saat di pameran, Mahfud Md. mendapatkan penjelasan dari Gunayasa dan Darmaputra mengenai upaya Yayasan Puri Kauhan Ubud untuk melestarikan warisan lontar dan juga mengembangkan nilai-nilai filosofi dalam lontar itu menjadi inspirasi untuk menyelenggarakan serangkaian program aksi yang konkret kepada masyarakat.

Baca juga: Pj Gubernur Bali kunjungi Yayasan Puri Kauhan Ubud
Baca juga: Yayasan Puri Kauhan Ubud ikut meriahkan Festival Mangrove 2023


Sementara itu, Mahfud Md. kagum melihat ekshibisi seorang anak muda Bali yang terampil dalam menuliskan aksara Bali di atas lontar.

Menurut dia, hal itu menunjukkan masih ada anak muda Bali juga peduli pada pelestarian aksara, bahasa, dan budaya Bali.

"Senang sekali, bisa berkunjung ke Puri Kauhan Ubud, Bali, sekaligus berdialog dengan para tokoh adat, penglingsir puri, seniman/seniwati, budayawan, dan beberapa rektor perguruan tinggi di Bali. Puri Kauhan Ubud sudah ada sejak abad ke-19 dan menyimpan banyak warisan budaya Bali," jelasnya.

Berdasarkan cerita dari Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud AAGN Ari Dwipayana, kata dia, puri yang dahulu merupakan pusat kekuasaan saat ini fungsinya makin meluas. Fungsi tersebut di antaranya terkait dengan peran-peran kebudayaan hingga layanan sosial untuk masyarakat.

"Yang juga sangat menggembirakan adalah generasi muda mempunyai komitmen dan berpartisipasi aktif mengembangkan budaya luhur, termasuk menulis sastra di daun lontar. Oleh karena itu, kita harapkan puri tetap lestari dan bisa memberikan solusi bagi kehidupan masyarakat, khususnya di Bali," kata Mahfud.

Pewarta: Fauzi
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2023