Jakarta (ANTARA News) - Pengadaan persenjataan untuk TNI sebaiknya dilakukan dengan sistem satu pintu melalui Departemen Pertahanan sebagai pihak yang menanganinya, kata anggota Komisi I DPR, Arief Mudatsir Mandan, di Gedung DPR/MPR Jakarta, Selasa. Ia mengingatkan Dephan agar konsekuen guna mengindari terjadinya penyimpangan dalam pengadaan persenjataan. "Seharusnya pengadaan senjata satu pintu, dan ini harus dilaksanakan Dephan secara konsekuen guna menghindari terjadinya penyimpangan," katanya. Sebelumnya, Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Djoko Santoso mengemukakan pengadaan sejumlah senjata api untuk satuan-satuan TNI AD yang melibatkan Wakil Asisten Logistik (Waaslog) Kasad almarhum Brigjen TNI Koesmayadi, adalah sah dan dilengkapi dokumen pendukung (SP2). Pengadaan berbagai jenis senjata dari 12 negara sebanyak 23 kali dan enam kali dari Singapura itu, dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan mendesak satuan-satuan TNI AD seperti Detasemen Tempur Cakra dan Detasemen Intelijen Kostrad. "Pengadaannya legal karena kita terdesak oleh kebutuhan, sedangkan kita masih terkena embargo militer AS," kata Kasad, saat dengar pendapat bersama Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto dan Menteri Pertahanan (Menhan) Juwono Sudarsono dengan Komisi I DPR di Jakarta, Senin petang. Ia menjelaskan prosedur pengadaan dilakukan langsung kepada pihak ketiga atau broker yang bergerak di bidang penjualan senjata dan amunisi serta dikirim sampai pelabuhan Jakarta. Secara teknis pengurusan pemasukan senjata itu sama dengan pengurusan oleh rekanan jasa angkutan dalam pengadaan senjata dan amunisi yaitu prosedur pengeluaran yang memakai surat pernyataan impor barang, katanya. Berdasar pendataan dan pemeriksaaan terhadap dokumen pengiriman senjata sebanyak 23 kali dari 12 negara itu, diperoleh informasi bahwa telah dimasukkan senjata laras panjang sebanyak 623 pucuk dan 38 pucuk laras pendek dengan total 661 pucuk. "Semuanya dikirim dari Afrika Selatan sebanyak lima kali, Swiss dikirim via udara dua kali, darat dua kali. Republik Checnya, Bangkok, Hongkong, Kroasia, Cina, Polandia, Korea, Bulgaria. Seluruhnya senjata untuk pasukan khusus," tutur Djoko Santoso. Namun berdasar pengecekan ulang Detasemen Intelijen Tempur, masih terdapat perbedaan jumlah 137 pucuk, sehingga masih terus akan dilakukan pengecekan dengan teliti. "Dari 661 yang dikirim hanya tercatat 524 atau selisih 137 pucuk. Kemungkinan ini masih di Kostrad, Kopassus, Papua, Aceh atau Batalyon Raider yang merupakan satuan dengan kemampuan khusus," ujar Kasad menambahkan. Tentang pemasukan senjata dari Singapura sebanyak enam kali, Djoko Santoso mengemukakan ditemukan 60 jenis senjata laras pendek tipe sport sebanyak 60 pucuk selama periode Mei 2003 sampai 6 Maret 2006 serta 10.000 amunisi. Dari 60 pucuk senjata itu, tiga diantarannya ditemukan bersama 165 senjata yang ditemukan di rumah almarhum beserta satu senjata laras panjang, sedangkan 56 lainnya masih dalam pendataan dan pencarian. (*)

Copyright © ANTARA 2006