Beijing (ANTARA News/Kyodo) - Delegasi China termasuk seorang diplomat kawakan di bidang Korea Utara Senin tiba di Pyongyang untuk kunjungan enam-hari yang diharapkan termasuk membahas peluncuran rudal yang dilakukan Korea Utara pekan lalu. Kedatangan delegasi di ibukota Korea Utara itu dilaporkan singkat oleh kantor berita China, Xinhua, dan kantor berita resmi Korea Utara, KCNA. Seorang pejabat kementerian luar negeri China mengatakan, Wakil Menteri Luar Negeri Wu Dawei, selaku ketua delegasi China dalam perundingan enam-pihak mengenai program nuklir Korea Utara, termasuk di antara pejabat China yang tiba di Pyongyang. Dia menyertai Wakil Perdana Menteri Hui Liangyu, yang memimpin delegasi tersebut. Tekanan terhadap China kian berkembang untuk menggunakan pengaruhnya, sebagai sekutu tradisional dan pendukung utama Korea Utara untuk menghentikan peluncuran rudalnya dan kembali ikut mengambil bagian di dalam perundingan-perundingan nuklir enam-negara. Seorang anggota parlemen Jepang dikutip menyatakan bahwa Penasehat Negara China, Tang Jiaxuan mengatakan di dalam satu pertemuan yang berlangsung akhir pekan lalu, bahwa China akan menyampaikan `pandangan penting` atas ujicoba penembakan rudal saat delegasi China berkunjung ke Korea Utara. Keduanya, Xinhua dan KCNA melaporkan bahwa Hui akan turut berpartisipasi dalam kegiatan peringatan ke-45 penandatanganan perjanjian persahabatan kedua negara, namun tidak menyebut anggota delegasi yang akan bertemu atau apa yang akan mereka diskusikan. Rabu lalu, Korea Utara meluncurkan tujuh rudalnya, termasuk rudal berjelajah jarak-jauh Taepodong-2, yang menimbulkan seruan-seruan untuk dikenakannya sanksi-sanksi dari Jepang dan negara-negara lainnya. Peluncuran rudal terjadi bertepatan ketika perundingan nuklir enam-negara menemui jalan buntu sejak perwakilan dari dua Korea, AS, China, Jepang dan Rusia bertemu terakhir November lalu. Korea Utara menolak kembali ke meja perundingan, seraya mengatakan bahwa AS yang pertama harus menanggalkan sanksi-sanksi yang dikenakan atas tuduhan bahwa Korea Utara melakukan penyucian dan pemalsuan uang (dolar). (*)

Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2006