Dumai (ANTARA News) - Program hilirisasi industri kelapa sawit di Dumai, Riau, tidak akan terlaksana tanpa ada percepatan pembangunan infrastruktur di salah satu daerah di provinsi penghasil minyak sawit terbesar Indonesia itu.

Pembangunan infrastruktur di Dumai melalui kerangka MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi) harus dipercepat jika ingin hilirisasi industri sawit segera terlaksana, kata Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat M Sinaga di Dumai, Selasa malam.

Dalam pertemuan dengan Walikota Dumai, Khairul Anwar, Sahat mengapresiasi telah dibangunnya jalan ruas Dumai-Pelintung yang merupakan akses menuju Kawasan Industri Dumai, melalui anggaran program MP3EI senilai Rp450 miliar.

Namun, kata Sahat, masih banyak infrastruktur jalan, pelabuhan, dan lain-lain yang masih harus dibenahi untuk mendukung terlaksananya program hilirisasi industri sawit di Dumai.

Walikota Dumai Khairul Anwar mengakui infrastruktur di Dumai masih sangat minim, termasuk waktu tempuh Pekanbaru-Dumai yang relatif lama karena infrastruktur jalan yang masih terbatas.

Menurutnya, Dumai sudah saatnya memiliki bandar udara yang mampu didarati pesawat-pesawat komersial berbadan besar, kemudian perluasan Pelabuhan Dumai sebagai pintu utama kegiatan ekonomi di Dumai yang secara geografis berdekatan dengan Singapura dan Selat Malaka.

Tidak perlu membangun bandar udara baru, kata Khairul Anwar, tapi cukup mengembangkan bandar udara yang sudah ada saat ini yang dibangun oleh Pertamina.

Landasan pacu bandar udara yang dibangun Pertamina perlu diperpanjang dari hanya 1.800 meter ditambah 450 meter lagi, dan menurut Khairul hal itu membutuhkan anggaran sekitar Rp100 miliar.

Selain sebagai pendukung pengembangan industri di Dumai, pembangunan bandar udara, pelabuhan, dan lain-lain tersebut juga berkaitan dengan kepentingan negara sebagai daerah pertahanan karena letaknya yang strategis.

Dari ekspor CPO dan produk turunannya, Dumai menghasilkan devisa sekitar Rp13 triliun hingga Rp14 triliun, tetapi kata Khairul nyaris tidak ada yang masuk ke Kota Dumai sebagai pendapatan asli daerah (PAD).

Oleh karena itu, ia mengharapkan pemerintah pusat mau menyisihkan sebagian hasil dari ekspor minyak sawit dan produk turunannya untuk Dumai. "Setidaknya 2 persen," katanya.

Dalam kerangka program MP3EI, Dumai antara lain akan membangun jalan tol ruas Pekanbaru, Kandis, Dumai yang panjangnya 135km, kemudian perluasan Pelabuhan Dumai, dan beberapa fasilitas penting lainnya.

Dumai juga berencana membangun kontainer port (pelabuhan petikemas) di Pelintung dan sudah disediakan lahan untuk pembangunan awal seluas 70 hektare.

Sementara General Manager Permata Hijau Group Hendra Gondawidjaja juga sepakat mengenai perlunya percepatan pembangunan infrastruktur di Kota Dumai untuk mendukung perkembangan industri, terutama hilirisasi sawit.

Bukan hanya untuk akses pengangkutan produk dan bahan baku, Hendra mencontohkan ketika mesin-mesin industri di perusahaan pengolahan minyak sawitnya di Dumai mengalami masalah, ia harus membutuhkan waktu lama untuk mendatangkan komponen karena minimnya infrastruktur.

Jika ada bandar udara, katanya, hal itu tentu bisa diatasi dengan cepat.

(S026/S004)

Pewarta: Suryanto
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013