Jakarta (ANTARA) - Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyatakan rupiah menguat karena data inflasi konsumen Amerika Serikat (AS) pada September 2023 yang tumbuh lebih cepat dari perkiraan berpotensi mempersulit keputusan kebijakan Federal Reserve (The Fed) untuk mengendalikan kenaikan inflasi.

“Indeks harga konsumen mencatat kenaikan sebesar 3,7 persen pada basis tahunan, laju yang sama seperti pada bulan Agustus 2023, dan naik lebih besar dari perkiraan sebesar 0,4 persen month to month. (Angka tersebut menunjukkan perbedaan dengan) para ekonom yang memperkirakan angka sebesar 3,6 persen dan 0,3 persen,” kata dia dalam keterangan tertulis, Jakarta, Jumat.

Di sisi lain, data tersebut memicu ekspektasi bahwa The Fed mungkin belum selesai dengan kebijakan pengetatan moneter, sehingga berpotensi menguatkan nilai tukar dolar AS. Artinya, ada kemungkinan The Fed mengendalikan inflasi dengan meningkatkan suku bunga acuan AS.

“Pasar kini memperhitungkan kemungkinan 40 persen kenaikan suku bunga pada bulan Desember 2023 dari sebelumnya 28 persen,” ucap Ibrahim.

Pada penutupan perdagangan hari ini, mata uang rupiah menguat 18 poin atau 0,11 persen menjadi Rp15.682 per dolar AS dari penutupan sebelumnya sebesar Rp15.700 per dolar AS.

Adapun Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Jumat justru melemah ke posisi Rp15.709 dari sebelumnya Rp15.702 per dolar AS.

Pada pembukaan perdagangan hari ini, nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank melemah sebesar 0,18 persen atau 28 poin menjadi Rp15.728 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.700 per dolar AS.

Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra mengatakan rupiah berpotensi melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pasca data inflasi konsumen AS bulan September 2023 menunjukkan inflasi yang belum turun, yakni masih berada di posisi 3,7 persen seperti bulan Agustus 2023.

Selain itu, data klaim tunjangan pengangguran mingguan AS yang dirilis semalam turut menunjukkan kondisi ketenagakerjaan yang masih solid. Angka klaim masih berkisar 209 ribu seperti pekan lalu.

Hasil ini dinilai mengukuhkan ekspektasi pasar bahwa suku bunga tinggi akan bertahan untuk jangka waktu yang lebih lama.

Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2023