Ini membuat kami kembali lagi ke konsep dan akhirnya terlahir masterplan yang bertitik tolak dari pembangunan urban park atau Taman Kota Peruri....
Jakarta (ANTARA) - Perum Peruri mengoptimalkan aset di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, untuk diubah menjadi ruang terbuka hijau bernama Taman Kota Peruri yang dapat digunakan oleh masyarakat umum.

Direktur Utama Peruri Dwina Septiani Wijaya menjelaskan ide tersebut bermula dari pergeseran gaya hidup masyarakat akibat pandemi COVID-19 yang mulai memprioritaskan gaya hidup sehat.

“Ini membuat kami kembali lagi ke konsep dan akhirnya terlahir masterplan yang bertitik tolak dari pembangunan urban park atau Taman Kota Peruri. Ini didedikasikan untuk Jakarta dan tidak hanya bisa dinikmati oleh internal Peruri, tapi juga masyarakat umum,” kata Dwina saat konferensi pers Taman Kota Peruri di Jakarta, Jumat.

Baca juga: Peruri siap dukung digitalisasi di layanan pemerintahan

Taman Kota Peruri direncanakan sebagai pembangunan rendah dengan konsep low density dan low rise, tetapi tetap mempertahankan nilai-nilai budaya. Taman ini mencakup area seluas 1,08 hektare.

Lokasi Taman Kota Peruri berada di tempat yang strategis, yakni dekat dengan fasilitas transportasi publik seperti Terminal Bus Blok M, Halte Bus Transjakarta, dan Stasiun MRT menjadikannya bagian dari kawasan TOD (Transit Oriented Development).

Kawasan tersebut terintegrasi dengan tujuh zona aktivitas, yakni Peruri Office, Heritage Fine Dining and Resto, Urban Park, Art and Creative Gallery, Food and Beverage, MICE, dan Commercial Office.

Dwina mengungkapkan Taman Kota Peruri ditargetkan selesai pada 2025. Kendati demikian, area Taman Kota Peruri akan dibiarkan terbuka untuk publik selama proses pembangunan.

Hingga sejauh ini, pembangunan Taman Kota Peruri menggunakan dana internal perusahaan sebesar Rp40 miliar. Namun, Peruri membuka peluang investasi ke depannya.

Baca juga: Peruri hadirkan produk UMKM binaan di ajang China-ASEAN Expo 2023

Pembangunan Taman Kota Peruri dimulai dengan penanaman pohon, bukan peletakan batu pertama. “Tidak seperti proyek pembangunan pada umumnya, di mana kita baru dapat melihatnya setelah jadi, kami ingin melibatkan para stakeholders dalam prosesnya sejak awal, melalui pemanfaatan area publik secara bertahap,” jelas dia.

Pewarta: Imamatul Silfia
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023