Kolaborasi nasional untuk mewujudkan tenaga kerja Indonesia yang kompeten sangat diperlukan
Jakarta (ANTARA) - Organisasi Gerakan Nasional Indonesia Kompeten (GNIK) menyebut perlu adanya kolaborasi semua pemangku kepentingan untuk menghasilkan tenaga kerja Indonesia yang kompeten khususnya dalam menyambut bonus demografi pada 2030.

“Kolaborasi nasional untuk mewujudkan tenaga kerja Indonesia yang kompeten sangat diperlukan. Kami bersama-sama menyusun peta jalan menuju Indonesia kompeten 2030, salah satunya penguatan pada bidang pendidikan vokasi,” kata Ketua Steering Committee (panitia pengarah) GNIK Pusat, Yunus Triyonggo, pada acara kolaborasi nasional di Jakarta, Sabtu.

GNIK merupakan perkumpulan ratusan praktisi sumber daya manusia (SDM) dari berbagai perusahaan di Tanah Air. Peta jalan yang disusun tersebut berisi rencana strategis yang menopang langkah nyata untuk mencetak SDM yang berkualitas, kompeten, dan sesuai dengan kebutuhan pasar kerja.

GNIK, kata Yunus, ingin berkontribusi dalam peningkatan kualitas dan kompetensi SDM secara nasional di semua sektor industri, terutama sektor industri prioritas seperti sektor manufaktur, pariwisata, otomotif, industri kreatif, digital, dan lain-lain.

“Indonesia harus bangkit dan mampu bersaing dengan tenaga kerja dari China atau India maupun Jepang dan Korea Selatan. Kita memiliki sumber daya manusia yang memiliki potensi, hanya perlu berkolaborasi untuk merancang dan mengeksekusi program intervensi dalam mencetak SDM terampil, dan siap masuk ke dunia usaha dan dunia industri,” kata Ketua Advisory Committee GNIK Pusat, Achmad S Ruky.

Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek, Kiki Yuliati mengatakan, pemerintah mengubah kebijakan fundamental terkait kebijakan pendidikan vokasi melalui Kurikulum Merdeka, yang memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengembangkan potensi dan bakatnya.

“Kami sangat terbuka dan mengundang semua pihak untuk masuk ke dalam sistem pendidikan, untuk membangun kompetensi anak bangsa untuk masa depan yang lebih baik,” kata Kiki.

Kiki juga mengajak industri untuk dapat menjadi mini university dan berkolaborasi bersama untuk menguatkan pendidikan vokasi.

Pada kesempatan itu, pihaknya menyambut baik peta jalan Indonesia yang kompeten yang dirancang oleh GNIK.

Dalam kesempatan itu, GNIK juga meluncurkan hasil survei yang melibatkan 1.014 praktisi SDM profesional untuk menangkap seperti apa kualitas karakter kepemimpinan nasional.

Hasilnya didapat lima teratas kualitas karakter pemimpin yang dibutuhkan, yakni progresif, memiliki kepemimpinan yang baik, berorientasi pada masyarakat, peduli sesama dan penyayang, serta memiliki karakter kuat atau integritas.

Pewarta: Indriani
Editor: M. Tohamaksun
Copyright © ANTARA 2023