Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berencana menginisiasi pengembangan vaksin demam berdarah dengue (DBD) buatan Indonesia.

Peneliti Pengembangan Vaksin di Pusat Riset Vaksin dan Obat Organisasi Riset Kesehatan BRIN Doddy Irawan Setyo Utomo menyampaikan pengembangan vaksin tersebut rencananya menggunakan metode partikel mirip virus (VLP) yang dapat memicu terbentuknya antibodi.

"Partikel yang mirip virus ini nanti tak memiliki material genetik di dalamnya, sehingga dia tidak radikal seperti virus aslinya yang bersifat infeksius,” kata Doddy saat dihubungi di Jakarta, Ahad.

Ia menyampaikan partikel tersebut dapat menampilkan epitop (molekul yang bersifat antigenik) dari empat jenis serotipe virus DBD, yakni DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4, secara sekaligus.

Baca juga: BRIN usulkan pemerintah wajibkan vaksin DBD

Baca juga: Vaksin DBD kini dapat dilakukan di Indonesia, apa syaratnya?


Sehingga keempat serotipe tersebut dapat secara bersamaan dikenali tubuh dalam satu partikel mirip virus yang dimuat dalam vaksin.

Doddy mengatakan metode yang digunakan dalam pengembangan vaksin DBD buatan Indonesia berbeda dengan dua vaksin yang sudah beredar, yakni Dengvaxia dan Qdenga yang sama-sama menggunakan metode pelemahan virus.

Menurutnya, melalui metode VLP, efektivitas vaksin yang dikembangkan Indonesia bisa mencapai 90--95 persen.

"Harapannya dengan kita menggunakan VLP bisa meng-enchanced efektivitasnya hingga 90--95 persen," katanya.

Doddy menyampaikan proses pengembangan vaksin bisa memakan waktu 5--10 tahun. Hal ini dikarenakan dalam proses pembuatannya, mesti melalui uji klinis, keamanan, persetujuan peraturan, serta proses produksi masal.

Ia mengatakan setelah vaksin tersebut berhasil diproduksi, masyarakat diharapkan bisa menerimanya secara gratis.

"Pada saat ke masyarakat harganya bisa lebih murah atau bahkan gratis," katanya.*

Baca juga: Kemkes kaji vaksin DBD untuk jadi program vaksinasi nasional

Baca juga: Gelar wicara di Velodrome, Kemkes tekankan 3M dan vaksinasi DBD

Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023