Ketahanan pangan itu juga termasuk permasalahan kebudayaan, kalau dulu kita kekurangan beras, bisa ambil ubi, tanaman obat, buah-buah yang ada di sekitar
Surakarta, Jawa Tengah (ANTARA) -
Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Fitra Arda menyatakan bahwa pemajuan kebudayaan di Indonesia sangat terkait erat dengan ketahanan pangan.
 
"Ketahanan pangan itu juga termasuk permasalahan kebudayaan, kalau dulu kita kekurangan beras, bisa ambil ubi, tanaman obat, buah-buah yang ada di sekitar, itu yang harus kita lestarikan, itu yang kita maksud memajukan kebudayaan dengan menghidupkan ekosistemnya," kata Fitra di Surakarta, Jawa Tengah, Minggu.

Baca juga: Kemendikbud kenang sejarah lewat Festival Kota Minyak Bajubang
 
Ia menjelaskan, upaya yang dilakukan oleh Kemendikbudristek RI, yakni dengan menghidupkan ekosistem kebudayaan melalui berbagai kegiatan, salah satunya di tahun 2023 ini yakni melalui Pekan Kebudayaan Nasional (PKN).
 
"PKN kan mengangkat lumbung, lumbung itu bukan berarti fisik, tetapi non fisik, jadi di belakang lumbung itu ada filosofi pengetahuan di dalamnya. Lumbung itu kan gotong royong, sesuai fungsinya untuk menyimpan padi, nah semangat itu kita hidupkan melalui PKN," ujar dia.
 
Saat ini, lanjut dia, Kemendikbudristek RI tengah menggiatkan kekuatan pangan dengan menanami kembali ruang-ruang dan lahan kosong dengan singkong, ubi jalar, dan buah-buahan asli Indonesia yang selama ini sudah semakin ditinggalkan.
 
Selama ini, menurutnya, masyarakat terlalu tergantung dengan beras, untuk itu apabila ada alternatif tanaman lain, maka akan ada ketahanan pangan, sehingga banyak permasalahan yang bisa diatasi, misalnya penurunan stunting, hingga pelestarian kebudayaan.
 
"Kalau panganan lokal hilang, maka hilanglah kebudayaan. Kalau rempah-rempah kita sudah tidak ada, dan bumi ini tidak kita rawat dengan baik, hilanglah budaya kita," tuturnya.
 
Untul itu, Kemendikburistek RI kini tengah membuat langkah dan kerja sama antarlembaga, misalnya dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI terkait penanaman obat dan rempah-rempah.

Baca juga: Kemendikbudristek dukung pemajuan kebudayaan lewat AKI 2023
 
"Kita mesti menghidupkan masyarakatnya, membuat program-program strategis untuk menghidupkan kembali budaya tanam-menanam, karena tanpa itu, budaya hanya akan jadi artefak," ucapnya.
 
Ia mencontohkan, salah satu upaya yang dilakukan di Minang, Sumatera Barat, yang membebaskan masyarakat untuk mengadakan pesta atau hajatan di mana pun, dengan mewajibkan penggunaan budaya Minang.
 
"Silakan pesta di mana saja, asalkan makanannya asli Minang, gunakan pantun juga, maka niscaya nanti akan lestari. Bahasa lestari, kuliner lestari, tari lestari," paparnya.
 
Ia juga menekankan pentingnya sinergi pembangunan media sosial untuk pariwisata dan kebudayaan yang mesti ditingkatkan, karena dukungan promosi untuk hal tersebut masih kurang.
 
Adapun Indonesia memiliki panduan dalam upaya menjalankan amanat Pasal 32 ayat (1) Undang-undang Dasar (UUD) 1945 untuk memajukan kebudayaan, dimana hal tersebut sejalan dengan amanat Presiden Republik Indonesia agar memberikan peran strategis bagi kebudayaan nasional dalam pembangunan.
 
Terdapat 10 objek yang menjadi fokus pemajuan kebudayaan, yakni tradisi lisan, manuskrip, adat istiadat, ritus, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, seni, bahasa, permainan rakyat, dan olahraga tradisional.

Baca juga: Komisi X DPR RI: Budaya mesti dikaitkan dengan ekonomi agar sejahtera

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2023