Deli Serdang (ANTARA) - Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kemendikbudristek Irini Dewi Wanti menyatakan Festival Selayar Denai yang berlangsung di Desa Denai Lama, Kecamatan Pantai Labu, Deli Serdang, Sumatera Utara merupakan upaya untuk melestarikan budaya multikulturalisme penduduk setempat.

"Apa yang dilakukan oleh masyarakat Denai Lama beserta perangkat pemerintahannya dari kabupaten sampai desa ini salah satu wujud pemajuan kebudayaan," katanya dalam pembukaan Festival Selayar Denai di Deli Serdang, Rabu (15/11).

Meski berada di Sumatera Utara, mayoritas masyarakat Desa Denai Lama justru berasal dari berbagai suku mulai dari Jawa, Tionghoa, Melayu, Batak dan sebagainya sehingga terbentuk multikulturalisme kebudayaan.

Festival Selayar Denai menjadi upaya pelestarian banyak budaya dapat dilihat dari banyaknya penampilan kebudayaan yang terlibat mulai dari tari-tarian seperti Reog Ponorogo, Kuda Lumping, Barongsai, Budak Mengayam, Wayang Kardus hingga kuliner tradisional di Pasar Budaya.

“Walaupun dominan etnis melayu tapi ada beberapa (budaya) etnis lainnya yang ditampilkan. Ada satu seni barongsai, ini kekayaan budaya luar bisa ketika sebuah desa bisa bergerak secara bersama dengan masyarakat untuk melakukan pemajuan kebudayaan,” kata Irini.

Baca juga: Program Pemajuan Kebudayaan Desa diselenggarakan melalui tiga tahapan
Baca juga: Kemendikbud targetkan 359 desa ikuti program Pemajuan Kebudayaan


Kepala Kelompok Kerja Ketahanan Budaya Kemendikbudristek Syukur Asih Suprodjo menuturkan Desa Denai Lama merupakan satu dari 230 desa di Indonesia yang terpilih untuk menjalankan program Pemajuan Kebudayaan Desa oleh Kemendikbudristek.

Syukur menjelaskan 230 desa termasuk Desa Denai Lama telah melalui tiga tahap program selama tiga tahun yaitu tahun pertama pada 2021 adalah tahap menemukenali potensi budaya desa, tahap kedua pada 2022 yaitu pengembangan potensi budaya desa, dan tahap ketiga tahun ini adalah pemanfaatan potensi budaya desa.

"Kita juga tahun ini desa-desa yang ikut dalam program ini kita minta menyusun dokumen pemajuan kebudayaan desa (DPKD). Denai Lama ini menjadi salah satu yang mendapatkan fasilitasi dari kita untuk mengadakan festival," katanya.

Kepala Desa Denai Lama Parnu menambahkan, festival ini merupakan upaya untuk pembangunan desa yaitu dengan menumbuhkembangkan, mengaktualisasikan potensi, dan mengonservasi kekayaan budaya sebagai modal sosial ekonomi masyarakat.

Caranya adalah dengan mengoptimalisasi keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan kolektif yang partisipatif, akuntabel dan mengutamakan kepentingan bersama dalam tatanan sosial yang terstruktur, berprinsip inklusivitas sosial dan kontekstual.

Bahkan Parnu mengatakan Desa Denai Lama yang sudah menjadi desa wisata telah mampu menarik banyak wisatawan hingga mampu menambah pemasukan bagi masyarakat mencapai Rp200 juta melalui keberadaan Pasar Budaya.

"Kami mencoba membangun ekonomi warga dengan kearifan lokal dan kultur yang ada. Setiap akhir pekan desa kami macet seperti Kota Medan. Banyak tamu menikmati desa dengan sajian makanan di Pasar Budaya dengan transaksi mencapai Rp200 juta dalam dua hari itu," katanya.

Baca juga: Kemendikbud: PKN 2023 rekomendasikan kawasan pemajuan kebudayaan
Baca juga: Festival tunas bahasa ibu edukasi berbahasa daerah keren

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2023