Jakarta (ANTARA) - Kedutaan Besar Republik Indonesia Singapura bersama The ASEAN Network Singapore menggagas dialog bertajuk "From Jakarta to SG: Urban Development and Connectivity in Complex Cities di Ruang Adinata KBRI pada Jumat.

Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Singapura IGAK Satrya Wibawa dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin, mengatakan dialog ini dapat menjadi masukan dalam perencanaan cetak biru pembangunan kota bagi kedua pemerintah.

"Masukan dan ide segar dari kalangan muda yang hadir dalam acara in akan kita sertakan sebagai bahan rekomendasi kedua negara," sebut Wibawa.

Dia melanjutkan bahwa secara konkrit Singapura dan Indonesia saat ini sedang bekerja sama intensif dalam penelitian mengenai energi terbarukan serta pengembangan kota pintar melalui Nanyang Technological University (NTU) dengan ITB, ITS, UI dan UGM yang risetnya akan dimulai pada 2024 dengan pendanaan bersama NTU dan LPDP.

Sementara itu Sekretaris Pertama Fungsi Penerangan Sosial Budaya KBRI Rizki Kusumastuti menjelaskan bahwa dialog ini selain sebagai implementasi keketuaan Indonesia dalam ASEAN, juga bentuk kerja sama para anak muda ASEAN.

"Mereka inilah yang nanti memimpin Indonesia dan Singapura pada 2045, jadi kerjasama itu kita bangun sejak awal agar hubungan erat kedua negara tetap berlanjut," ujar Kusumastuti.

Dialog ini mengundang tiga pembicara yang mewakili unsur pemerintah, akademisi, dan praktisi dari Singapura dan Indonesia yang membedah tantangan pembangunan perkotaan yang dihadapi Jakarta dengan perbandingan Singapura.

Pembicara pertama Lee Ann Chan, data analis dari Singapore Development Board menyatakan perencanaan Singapura didasarkan atas fakta keterbatasan lahan sehingga perencanaannya dengan pola jangka panjang dengan menggunakan proyeksi yang berdasarkan data.

Sementara Rizki Fadhilah seorang perintis start-up CityPlan yang sedang menjalani studi di Singapura menyebutkan bahwa data menjadi penting dalam perencanaan kota termasuk Jakarta meski tantangan yang dihadapi lebih kompleks dibanding Singapura.

Mengamini hal itu Zulfikar Amir, seorang lulusan ITB yang mengajar di NTU menyatakan bahwa tidak adil membandingkan Jakarta dengan Singapura karena banyak perbedaan konteks, namun menurut dia kedua kota bisa saling belajar.

Para peserta dialog yang terdiri dari 45 pebisnis, ilmuwan, akademisi dan peneliti muda dari sepuluh negara ASEAN dengan antusias menyampaikan ide dan pendapat mengenai bagaimana kedua negara belajar dalam perencanaan dan pengembangan kota.

Kota-kota di Indonesia dapat belajar dari Singapura bagaimana mengembangkan dan mengelola transportasi umum yang efisien.

Khusus Jakarta, kota ini dapat mencari panduan dari Singapura dalam perencanaan kota berkelanjutan, termasuk pengelolaan banjir, pengembangan infrastruktur hijau dan zonasi penggunaan lahan secara beragam.

Kolaborasi antara dua negara dapat memanfaatkan keahliannya dalam membangun kota pintar yang melibatkan transfer teknologi, penelitian bersama dan meningkatkan konektivitas perkotaan melalui sarana digital.

Baca juga: Singapura targetkan wisatawan dari kota-kota besar Indonesia
Baca juga: IPB bekerja sama Block 71 dengan NUS kembangkan enterpreneurship

Pewarta: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2023