Jakarta (ANTARA) -
Guru Besar Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Budi Utomo mengatakan tingginya angka unmet need menjadi tantangan bagi program keluarga berencana (KB) karena berpengaruh pada angka kehamilan yang tidak diinginkan.

Budi menjelaskan unmet need ialah suatu kondisi ketika perempuan usia subur (PUS) membutuhkan program KB, namun tidak mau memakai alat KB karena beberapa alasan, mulai dari alasan kesehatan, ketidakcocokan, hingga tidak didukung oleh suami dan keluarga. Dengan kata lain, kebutuhan KB tidak terpenuhi.
 
"Karena beberapa alasan tersebut, persentase kebutuhan KB yang tidak terpenuhi atau unmet need di Indonesia masih di angka 10 persen, itu tidak turun dari tahun 2000 sampai sekarang," katanya dalam lokakarya "Strategi Penurunan Strategi Penurunan Unmet Need dan Peningkatan KB Pascapersalinan (KBPP) Tahun 2023" di Jakarta, Rabu.

​​​​​​Menurut Budi kondisi tersebut turut mempengaruhi keberhasilan program KB serta meningkatkan peluang terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan atau tidak direncanakan.

Ketika unmet need terjadi, perempuan usia subur cenderung menggunakan cara-cara pencegahan kehamilan yang sifatnya alami dan harus dilakukan berulang kali.
 
"Sehingga ada kemungkinan mereka akan berhenti menggunakan atau melakukan (drop out) yang berakibat terjadinya kehamilan tidak diinginkan," ujarnya.

Baca juga: Kepala BKKBN: Perlu ada diagnosis "unmet need" yang terukur jelas 
 
Budi menyebutkan 30 persen perempuan yang berhenti menggunakan alat KB setelah setahun cenderung tidak dapat mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, entah nantinya kehamilan tersebut dipertahankan atau digugurkan.
 
Kehamilan yang tidak diinginkan tersebut nantinya berujung pada masalah yang lebih besar, seperti stunting hingga tingginya pertumbuhan jumlah penduduk.
 
Berkaitan dengan stunting, kehamilan yang tidak direncanakan kerap kali melahirkan anak dengan jarak kelahiran yang berdekatan sehingga membuat pola pengasuhan, pemberian gizi, hingga pemberian kasih sayang kepada anak menjadi tidak optimal.
 
Sedangkan jika dikaitkan dengan pertumbuhan jumlah penduduk, kehamilan yang tidak direncanakan dapat mempersulit negara ketika menghadapi era ageing population atau penuaan populasi penduduk, di mana Indonesia pada tahun itu akan dibanjiri penduduk lansia dengan rata-rata pendidikan 8,3 tahun dan berekonomi rendah.

Baca juga: BKKBN: Disparitas jadi tantangan pengendalian pertumbuhan penduduk
Baca juga: Kemenkes: Keberhasilan program KB tekan kasus angka kematian ibu

Pewarta: Hana Dewi Kinarina Kaban
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2023