Semarang, (ANTARA News) - Musim kemarau di wilayah Jawa Tengah diperkirakan berlangsung hingga November 2006, lebih lama dari tahun sebelumnya. "Musim kemarau tahun lalu hanya enam bulan, tapi tahun ini diperkirakan delapan bulan mulai April hingga November," kata Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Jateng, Widada Sulistya di Semarang, Rabu (12/7). Bukan hanya lebih lama, tetapi musim kemarau tahun ini juga lebih kering, karena pada tahun lalu hingga Agustus masih ada hujan meski intensitasnya hanya dua-tiga kali sebulan. Daerah Jateng yang mengalami masa kemarau lebih lama di antaranya Blora, Rembang, Pati, Grobogan, Wonogiri, Demak, Sragen, Purworejo, Brebes, Tegal, dan Cilacap. "Wonosobo, Magelang, Temangung, dan Salatiga juga mengalami masa kemarau tetapi tidak sampai delapan bulan," ujarnya. Widada menjelaskan, panjangnya musim kemarau itu disebabkan oleh angin kering yang tidak membawa air atau disebut angin Australia (angin Timur). "Kelembaban udara di wilayah Jateng rata-rata tidak lebih dari 50 persen. Padahal hujan baru bisa terjadi jika kelembaban udara di atas 70 persen," katanya. Karena itu, jika saat ini membuat hujan buatan maka sudah terlambat. Penurunan suhu di laut Selatan Jawa hanya mencapai 26 derajat celsius. "Penurunan itu menyebabkan penguapan air laut berkurang, sehingga awan yang bisa menimbulkan hujan sulit terbentuk. Karena itu masyarakat harus bisa menghemat penggunaan air," katanya. Hujan buatan seperti tahun-tahun sebelumnya dilakukan untuk mengisi waduk seperti Waduk Kedungombo dan Waduk Wonogiri. Namun kedua waduk berkapasitas 10 juta meter kubik itu, kapasitasnya masih cukup hingga musim penghujan, meski volumenya terus menyusut. Kapasitas Waduk Kedungombo hingga minggu pertama Juli 2006 volumenya masih 660 juta meter kubik dan Waduk Wonogiri 400 juta meter kubik. Kedungombo dimanfaatkan untuk mengairi sawah lebih dari 60 ribu hektare dan Wonogiri lebih dari 30 ribu hektare. Sementara daerah yang dialiri antara lain Wonogiri, Blora, Sragen, Boyolali Timur, Grobogan, dan Rembang.(*)

Copyright © ANTARA 2006