Garut (ANTARA) - Penampilan pria berkacamata ini sederhana. Kesehariannya tidak lepas dengan kehidupan yang berhubungan dengan teknologi informasi dan informatika. Jaringan pergaulannya pun tidak hanya di kampung halamannya, melainkan juga di sejumlah mancanegara. Semua itu berawal dari kesukaannya dengan dunia komputer.

Dia adalah Yusep Maulana anak petani yang lahir di Desa Palayan, Kecamatan Bayongbong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, 29 Mei 1994. Dia memiliki semangat mengamalkan ilmunya untuk membantu kaum pelajar dari keluarga miskin, salah satunya memajukan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan pondok pesantren untuk bisa berinternet.

Jauh sebelum semangat melakukan gerakan sosialnya membantu UMKM dan pesantren berinternet itu, Yusep hanyalah seorang anak petani yang ekonomi orang tuanya masih belum mapan, sementara dunia komputer itu merupakan hal yang membutuhkan perangkat dengan harga yang tidak murah.

Namun dari keterbatasan itu, Yusep belajar arti memanfaatkan fasilitas yang ada di sekolahnya  SMP Persada, Kecamatan Bayongbong, Kabupaten Garut untuk belajar komputer. 

Fasilitas komputer yang hanya satu unit untuk banyak siswa di sekolahnya itu, membuat Yusep memiliki obsesi bisa membeli perangkat komputer di rumahnya meski itu hanya dengan spesifikasi tidak terlalu tinggi, pentium 3.

Ia sempat merengek kepada orang tuanya untuk bisa membeli perangkat komputer. Namun, ibunya meminta Yusep untuk membesarkan dulu sapi ternaknya agar setelah sapi itu cukup besar, bisa dijual dan dibelikan komputer.

"Akhirnya sapi yang sudah cukup besar saya jual Rp2 juta, uangnya dibelikan komputer pentium 3, dari komputer itu saya terus belajar," kata Yusep mengisahkan pengalaman hidupnya saat ditemui di kantor perusahaan IT miliknya Oyusep Group di Jalan Padjajaran, Garut Kota, Jawa Barat, 12 Oktober 2023.

Keinginan untuk mempelajari ilmu komputer semakin kuat saat duduk di bangku sekolah SMK Negeri 9 Bayongbong dan kemudian melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi Jurusan Multimedia di Institut Teknologi Garut tahun 2011.

Keinginan untuk melanjutkan kuliah sempat terhalang ekonomi, karena orang tuanya tidak punya uang untuk membayar biaya masuk perguruan tinggi. Tapi, Yusep meyakinkan kepada orang tuanya dengan kuliah akan lebih maju dan bisa mencapai cita-citanya menjadi ahli di bidang komputer.

Ia sempat membuat perjanjian dengan orang tuanya, hanya meminta biaya awal masuk perguruan tinggi yang saat itu sebesar Rp5 jutaan, Setelah itu, biaya kuliah berikutnya akan mencari biaya sendiri dari kepercayaan diri memiliki keahlian dalam bidang komputer.

"Alhamdulillah saya bisa mendapatkan uang dengan ikutan lomba desain dan yang paling gede hadiahnya itu membuat aplikasi aksara Sunda dari Kemendikbud," kata Yusep.

Berbagai kegiatan lomba maupun peluang bisnis lainnya dilakoni untuk bisa menghidupi diri sendiri, dan tidak terasa ketika akan lulus uang yang ditabung dari hasil ikut lomba jumlahnya cukup besar, mencapai ratusan juta.

Semangatnya untuk belajar komputer tidak cukup di sana. Ia mendapatkan beasiswa kuliah di Australia. Pertemanan semakin luas sampai akhirnya memiliki jaringan di berbagai negara. Yusep kemudian melanjutkan kuliah S2 di LIKMI Bandung.

Sehari-harinya Yusep kini  berurusan dengan dunia teknologi informatika, membuat situs website, membuat aplikasi yang pesanannya datang tidak hanya dari dalam negeri tapi ada dari luar negeri.

Ia juga bersemangat membantu pelaku UMKM yang sedang merintis untuk mengembangkan usahanya dengan memanfaatkan teknologi informasi pada jaringan internet. Lembaga pendidikan pesantren pun dibantu untuk berani maju berkembang dengan kemajuan internet yang bisa memberikan manfaat bagi dunia pendidikan pesantren.

Gerakan Yusep tidak hanya membantu membuat website, tetapi mengajarkan pelaku UMKM untuk memanfaatkan berbagai aplikasi media sosial seperti Facebook, Tik Tok, Instagram maupun  lainnya yang sedang ramai digunakan  pengguna media sosial agar bisa mengambil peluang bagi pengembangan usaha.


Bangun ekosistem 

Sejak 2018 sampai sekarang sudah puluhan ribu UMKM dari berbagai daerah di Garut, maupun daerah lainnya di Indonesia yang terbantu oleh gerakan cuma-cuma tersebut.

Pelaku UMKM yang dibantu dalam pembuatan website itu kebanyakan dari pelaku usaha sektor kuliner dan fesyen, yang  kondisi usahanya belum mapan, karena membuat website secara profesional tidaklah murah.

Membuat website sendiri untuk masing-masing UMKM merupakan jalur membangun ekosistem dalam dunia bisnis. Dalam era teknologi sekarang ini, setiap peluang di dunia internet harus bisa dimanfaatkan, begitu juga pelaku UMKM harus memiliki website untuk memperluas pasar. 

Perjuangannya membantu pelaku UMKM itu, sempat mendapatkan tanggapan negatif dari pelaku di bidang teknologi informasi dan informatika, karena menganggap itu mengambil pasar bagi bisnis jasa pembuatan website.

Namun Yusep tetap terus bergerak karena yang dilakukannya bukan menyasar pelaku UMKM kalangan atas atau sudah mapan secara bisnis, melainkan mereka yang masih kecil dan membutuhkan bantuan untuk mempromosikan produknya ke pasar lebih luas dan berkembang.
Pegiat bidang teknologi informasi dan informatika Yusep Maulana menunjukkan tayangannya saat diwawancarai tentang Gerakan Website Gratis di Channel Youtube Pandji Pragiwaksono Komika Indonesia beberapa waktu lalu.
(ANTARA/Feri Purnama)


Pesantren Berinternet

Setelah melakukan gerakan pembuatan website gratis bagi UMKM, Yusep mencoba melakukan gerakan sosial lainnya dengan membantu lembaga pendidikan pesantren agar sama memiliki website untuk menampilkan berbagai informasi yang bermanfaat di lingkungan pesantren.

Gerakan membantu pembuatan website bagi pondok pesantren itu sudah dimulainya sejak 2021. Kehadiran website cukup  membantu keterbukaan pesantren yang sebelumnya dipandang tertutup untuk publik.

"Kami mengedukasi kalangan pesantren. Sekarang sudah ada ratusan pesantren dari berbagai daerah di Indonesia yang terbantu dalam pembuatan website," katanya.

Website pondok pesantren akan memudahkan pondok pesantren untuk menyebarkan segala informasi maupun kegiatan-kegiatan yang ada di lingkungan pesantren seperti pengajian,  syiar-syiar Islam, dan lain sebagainya.

"Ini adalah salah satu alternatif  'go digital'," kata pria yang saat ini juga mengabdikan diri untuk mengajar di  Universitas Garut dan Institut Teknologi Garut tersebut.

Upaya memfasilitasi masyarakat agar melek internet, juga dilakukan Pemerintah Kabupaten Garut dengan meluncurkan sejumlah program yang berkaitan infrastruktur internet.

Pemkab Garut mengalokasikan anggaran sebesar Rp10 miliar di tahun anggaran 2021 agar masyarakat di pelosok desa bisa memanfaatkan jaringan internet. Dengan fasilitas tersebut masyarakat semakin maju melalui pemanfaatan perkembangan teknologi informasi saat ini.

Bupati Garut Rudy Gunawan antusias untuk membangun jaringan internet di pelosok desa, karena dengan cara itu masyarakat bisa berkembang, potensi daerah maupun perekonomian juga terdongkrak naik.

Sejumlah program yang dijalankan Pemkab Garut di antaranya Program Merdeka Internet (Garment) dan Garut Caang Informasi (Gacor).  Sasarannya, desa yang selama ini daerahnya sulit mendapatkan akses jaringan internet.

Daerah yang sudah mendapatkan program ini adalah  Desa Indralayang, Kecamatan Caringin.   Selain itu,  Desa Gunung Jampang di Kecamatan Bungbulang atau wilayah selatan Garut. yang baru ditinjau Bupati Garut, Selasa (17/10/2023).

Pemerintah terus membangun infrastruktur jaringan internet, Seperti pernah disampaikan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo bahwa pemerintah berusaha mempercepat realisasi infrastruktur digital dengan keterjangkauan sinyal. Gerakan ini selaras dengan tekad  menuju Indonesia digital.

 

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2023