PLTN konvensional butuh hingga 12 tahun, sedangkan reaktor modular kecil dan reaktor modular mikro sekitar 18 bulan saja
Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menjajaki kerja sama penelitian reaktor modular mikro di bidang energi hijau berbasis nuklir dengan PT Azet Surya Lestari dan Ultra Safe Nuclear Corporation (USNC) Australia.
 
"Penandatanganan letter of intent (LoI) merupakan awal tindak lanjut dari rencana kerja sama dalam mengenalkan teknologi reaktor modular mikro untuk kemaslahatan bangsa dalam mengatasi ketahanan energi nasional," kata Kepala Pusat Riset Teknologi Reaktor Nuklir BRIN Topan Setiadipura dalam keterangan di Jakarta, Kamis.
 
Nuklir merupakan teknologi pembangkit listrik rendah emisi karbon yang berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan dan membantu dekarbonisasi pada sektor kelistrikan.
 
Topan menuturkan kapasitas pembangkit listrik berbasis nuklir di dunia akan menjadi dua kali lipat dari kapasitas yang ada sekarang.
 
Direktur Utama Azet Surya Lestari, Abdul Kholik mengatakan, teknologi reaktor modular kecil dan reaktor modular mikro lebih aman serta lebih kompetitif dari segi ekonomi.
 
Menurutnya, pembangunan yang mengarah ke teknologi reaktor modular kecil dan reaktor modular mikro tidak ada isu tentang keamanan dan dari segi ekonomi juga kompetisi.
 
Tantangan yang perlu dihadapi adalah psikologi masyarakat. Komunikasi yang baik diharapkan dapat membangun kepercayaan masyarakat terhadap penerapan teknologi tersebut.
 
Bahkan, waktu pembangunan reaktor mikro relatif lebih cepat dibandingkan membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) konvensional.
 
"PLTN konvensional butuh hingga 12 tahun, sedangkan reaktor modular kecil dan reaktor modular mikro sekitar 18 bulan saja,” kata Abdul.
 
Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa perusahaannya siap masuk ke industri nuklir dengan menggelontor investasi sekitar 150 juta sampai 200 juta dolar AS per pembangkit.
 
Abdul memandang proyek itu bakal menguntungkan Indonesia karena bisa membawa investasi asing masuk ke dalam negeri.
 
Managing Director USNC Australia, James Voss mengatakan, teknologi reaktor modular mikro sangat kompetitif dan bisa bersaing dengan listrik dari pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) dan pembangkit energi terbarukan lainnya.
 
“Kerja sama dalam penelitian reaktor modular mikro merupakan awal di mana target kami dapat menghasilkan energi hijau berbasis nuklir," kata James.

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: M. Tohamaksun
Copyright © ANTARA 2023