Ankara (ANTARA) - Lebih dari 70 organisasi masyarakat sipil, termasuk Amnesty International Australia, menyerukan pemerintah Australia untuk segera bertindak memediasi gencatan senjata antara Israel dengan Hamas untuk menghentikan krisis kemanusiaan yang meningkat di Jalur Gaza.

Dalam pernyataan bersama, 74 organisasi masyarakat sipil Australia mendesak pemerintah mereka untuk segera bertindak dan menekan Israel untuk mengadakan gencatan senjata dan berhenti menargetkan warga sipil di Gaza.

"Dalam eskalasi mengerikan semalam, rumah sakit Al-Ahli di kota Gaza dibom, dengan perkiraan awal korban tewas mencapai 500 jiwa," ungkap Amnesty International Australia dalam pernyataan yang diunggah di X.

Pernyataan itu juga ditandatangani Anglican Overseas Aid, yang mendanai rumah sakit yang dibom pada Selasa malam.

"Hari ini, karena invasi darat oleh pasukan Israel akan segera terjadi, warga Gaza akan menghadapi krisis kemanusiaan tanpa henti. Pengepungan total pemerintah Israel di Gaza telah memutus orang-orang dari air bersih, makanan, bahan bakar, dan listrik," kata pernyataan itu.

Dalam konflik bersenjata antara Israel dan Hamas yang sedang berlangsung, banyak pemimpin dunia mendesak Israel untuk mengikuti hukum humaniter internasional dan menyerukan gencatan senjata.

Amnesty International Australia mendesak pemerintah dan parlemen mereka untuk mengutuk Israel atas kejahatan perang.

"Kami tidak bisa mengizinkan negara manapun melakukan kejahatan perang dan mendapat kekebalan," ujar Nikita White, juru kampanye Amnesty International Australia.

"Amnesty International sangat prihatin mengenai pelanggaran hukum humaniter internasional oleh pasukan Israel di Gaza. Kami telah mengumpulkan bukti atas pelanggaran hak asasi manusia." ujar White.

"mulai dari penggunaan fosfor putih yang membakar kulit, hingga serangan udara yang menargetkan bangunan rumah tinggal, pembunuhan anak-anak, pemutusan pasokan air, makanan, bahan bakar, dan listrik bagi jutaan warga," lanjut White.

Dia juga mendesak pemerintah Austaralia untuk melakukan segala upaya untuk melindungi nyawa warga sipil dan mengutuk semua kejahatan perang, terlepas siapa pelakunya.

Konflik di Gaza, di bawah pengeboman dan blokade sejak 7 Oktober, dimulai ketika Hamas meluncurkan Operasi Badai Al-Aqsa, sebuah serangan dari segala penjuru termasuk serentetan tembakan roket dan penyusupan ke Israel melalui darat, laut dan udara. Disebutkan serangan ini sebagai balasan atas penyerbuan ke Masjid Al-Aqsa dan meningkatnya kekerasan oleh pemukim Israel terhadap warga Palestina.

Militer Israel kemudian membalas dengan meluncurkan Operasi Pedang Besi dengan menargetkan Hamas di Jalur Gaza.

Gaza sedang mengalami krisis kemanusiaan yang parah, tanpa listrik, sementara air, makanan, bahan bakar, dan persediaan medis hampir habis.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan “gencatan senjata kemanusiaan segera” untuk meringankan “penderitaan besar umat manusia.”

Setidaknya 3.478 warga Palestina tewas dalam serangan Israel di Gaza, sementara angka tersebut mencapai lebih dari 1.400 orang di Israel.

Sumber: Anadolu

Baca juga: Israel sengaja serang toko roti di Gaza agar banyak korban jiwa
Baca juga: Wapres desak PBB ambil langkah hentikan perang di Palestina

 

Penerjemah: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2023