Nilam Aceh juga sudah lama digunakan sebagai bahan fiksatif industri parfum di Prancis.
Banda Aceh (ANTARA) - Kepala Atsiri Research Center (ARC) Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh Syaifullah Muhammad menyatakan bahwa minyak nilam Aceh juga menjadi bahan untuk industri parfum di Prancis.

"Nilam Aceh juga sudah lama digunakan sebagai bahan fiksatif industri parfum di Prancis," kata Syaifullah Muhammad di Banda Aceh, Jumat.

Penggunaan bahan dari minyak nilam Aceh tersebut karena atsiri dari hasil pertanian Aceh telah diakui kualitasnya menjadi salah satu yang terbaik di dunia.

Baca juga: Atsiri Indonesia sebut Aceh penghasil minyak nilam terbaik dunia

Syaifullah menyampaikan, minyak nilam Aceh yang disuling dari jenis tanaman nilam pogostemon cablin, benth memang mempunyai ciri khas yang berbeda dengan nilam dari daerah lain.

“Teknologi kunci utama pemanfaatan minyak nilam sebagai komponen aktif dalam berbagai inovasi produk turunannya adalah proses pemurnian yang meningkatkan komponen aktif dan menghilangkan berbagai pengotor pada minyak nilam," ujarnya.

Ia menjelaskan, proses pemurnian yang dilakukan ARC selama ini adalah distilasi molekuler pada suhu 110°C - 160°C dengan tekanan vakum 0,002 atm menggunakan Rotary Vacumm Evaporator (RVE).

"RVE dipilih sebagai salah satu teknologi proses pemurnian minyak nilam yang efektif untuk menghasilkan fraksi ringan, fraksi berat dan residu minyak nilam,” kata Syaifullah.

ARC USK sendiri juga menjadi salah satu eksportir minyak nilam Aceh ke Prancis. Di mana akhir 2022 lalu mereka telah mengirim sebanyak 2,2 ton minyak nilam dan 800 kg minyak pala ke negara tersebut.

Minyak nilam yang diekspor tersebut merupakan pembelian dari 300 orang petani seluruh Aceh melalui koperasi mereka masing-masing, yang kemudian dilakukan pemurnian sebelum diekspor.

Baca juga: Kemenperin sebut bioaditif berbasis atsiri berpotensi turunkan emisi

Permintaan Prancis sendiri untuk minyak nilam Aceh sebanyak 10 ton per bulan, tetapi sejauh ini belum mampu dipenuhi. Karena itu, USK terus berkoordinasi dengan petani guna mencapai target tersebut.

Syaifullah menambahkan, melalui distilasi molekuler yang telah dilakukan ARC,  memungkinkan pelaku UMKM khususnya di Aceh bisa menjadi wirausaha dari berbagai produk akhir berbahan dasar minyak nilam Aceh.

Di mana, sebut dia, saat ini sudah ada sekitar 45 UMKM yang membuat produksi dari turunan nilam sebagai teknologi utama produk. Pelaku bisnis UMKM itu juga telah terlatih agar benar-benar menjadi pelaku usaha di Aceh.

"Kehadiran banyak pelaku UMKM juga meningkatkan kebutuhan minyak nilam di Aceh, dan hilirisasi nya juga sudah membentuk ekosistem minyak nilam baru yang lebih berkeadilan serta berkelanjutan bagi seluruh pemangku kepentingan,” demikian Muhammad Syaifullah.

Pewarta: Rahmat Fajri
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023