Tadi di sesi satu, kontrak pertama transaksinya hanya 4 lot atau kira-kira 100 ton
Jakarta (ANTARA) -
Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (ICDX) menyelenggarakan perdagangan bursa berjangka CPO (crude palm oil) perdana Jumat, di mana tercatat transaksi pada sesi pertama sebanyak 4 lot atau setara 100 ton CPO.
 
"Tadi di sesi satu, kontrak pertama transaksinya hanya 4 lot atau kira-kira 100 ton," kata Ketua Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Didid Noordiatmoko di Kantor ICDX, Jakarta Pusat pada Jumat.
 
Menurut Didid, hasil dari perdagangan bursa CPO pada sesi pertama cukup memuaskan untuk ukuran transaksi perdana. Dia berharap transaksi ke depannya dapat berkembang lebih baik.
 
"Ini baru hari pertama, sesi pertama, dan kontrak pertama, jangan minta lari duluan. Saya harapkan ini bisa berjalan terus makin lama makin baik dan jenis kontraknya makin banyak," ujar Didid.
 
Sesi pertama perdagangan di bursa CPO berlangsung pukul 10.00 WIB hingga 11.00 WIB, harga CPO dibuka pada angka Rp12.485/kilogram. Setelah sesi pertama selesai, harga CPO ditutup pada angka Rp 11.305/kilogram.
 
Adapun dalam satu hari terdapat tiga sesi perdagangan. Sesi kedua dibuka pada pukul 16.00 WIB hingga 17.00 WIB. Kemudian sesi ketiga berlangsung pada pukul 20.00 WIB sampai 21.00 WIB.
 
Transaksi dalam satu hari akan membentuk harga CPO (price discovery) yang digunakan pada pembukaan perdagangan hari berikutnya. Adapun perdagangan bursa berjangka CPO diselenggarakan setiap hari Senin sampai Jumat.
 
Didid menjelaskan saat ini terdapat 18 pelaku usaha yang telah menjadi peserta perdagangan CPO di ICDX ditambah 14 pelaku usaha lainnya yang tengah menjalani persiapan untuk menjadi peserta baru.
 
Kementerian Perdagangan melalui Bappebti meluncurkan Bursa CPO pada Jumat (13/10). Pendirian bursa ini, diharapkan dapat menjadikan Indonesia sebagai penentu harga minyak kelapa sawit dunia.
 
Selama ini harga acuan CPO Indonesia berdasarkan pada harga dari bursa Rotterdam dan Malaysia. Menurut Didid, Indonesia membutuhkan harga acuan sendiri yang lebih menggambarkan kebutuhan dalam negeri.
 
Didid menargetkan pada triwulan pertama tahun 2024 telah didapatkan harga rujukan (price reference) yang berarti harga CPO Indonesia menjadi kredibel.
 
"Maka harga itu diharapkan akan fair. Ini bukan soal harus naik, harus tinggi, tapi harus fair," ucapnya.

Baca juga: Indonesia siap kolaborasi dengan Malaysia lawan diskriminasi sawit
Baca juga: Indonesia resmi luncurkan bursa CPO, dukung target negara maju 2045
Baca juga: Kepala Bappebti sebut bursa CPO bukan untuk saingi Malaysia

 

Pewarta: Farhan Arda Nugraha
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023