Semarang (ANTARA News) - Perwakilan warga Syiah Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, yang melakukan aksi "gowes" (bersepeda) dari Surabaya-Jakarta beserta rombongan menyinggahi Kota Semarang sebelum melanjutkan perjalanan.

Rombongan bersepeda yang memulai perjalanan dari Surabaya itu tiba di Semarang, Rabu, disambut puluhan aktivis dari berbagai elemen yang mendukung aksi itu dengan melakukan orasi di Bundaran Air Mancur Jalan Pahlawan.

Setidaknya ada 10 warga Syiah Sampang yang melakukan aksi bersepeda itu, di antaranya Mat Rosid (24), Bujadin (40), Rohman (35), Anwar (36), dan Muis (26). Sepuluh orang itu mengayuh lima sepeda secara bergantian.

Dengan mengenakan rompi putih yang bertuliskan "Jangan Rampas Tanah Kami" di bagian belakang, mereka mulai menggenjot sepeda yang dihiasi bendera Merah Putih sejak 1 Juni 2013.

Menurut Muis, warga Syiah Sampang berharap pemerintah peduli dengan kondisi mereka yang sudah sembilan bulan terakhir tinggal GOR WIjaya Kusuma Sampang yang menjadi tempat pengungsian pascaaksi kekerasan Agustus 2012.

"Ya, melalui aksi bersepeda ini kami ingin pemerintah menepati janjinya, sebab sekarang ini kondisi pengungsi kian memburuk. Kami ingin menyampaikan tuntutan soal kebebasan beragama bagi warga Syiah," katanya.

Ketua rombongan "gowes" Fatkhul Khoir menjelaskan setidaknya ada 18 orang yang mengikuti aksi itu, terdiri atas lima pesepeda utama, lima cadangan, kemudian delapan orang yang lainnya bertindak sebagai pendamping.

"Kami mulai berangkat sejak 1 Juni 2013 dari Surabaya dengan tujuan Jakarta. Di sepanjang perjalanan rencananya ada 19 titik singgah, antara lain Lamongan, Tuban, Rembang, Kudus, dan sekarang di Semarang ini," katanya.

Perjalanan, kata dia, dilakukan setiap hari mulai pukul 08.00 WIB--16.00 WIB, sementara malam harinya digunakan untuk beristirahat. Pihaknya menargetkan rombongan akan tiba di Istana Negara Jakarta pada 16 Juni 2013.

Fatkhul yang juga Koordinator Divisi Monitoring dan Dokumentasi Kontras Surabaya itu mengatakan tujuan aksi itu untuk mendorong pemerintah melakukan tindakan konkret dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi.

"Saat ini, sudah bulan ke sembilan sejak peristiwa di Sampang itu, tetapi belum ada langkah konkret dari pemerintah untuk menyelesaikan masalah, yakni rekonsiliasi dan rehabilitasi, bukan dengan relokasi," katanya.
(KR-ZLS/B015)

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013