Jakarta (ANTARA) - Kelompok pekerja kreatif yang terdiri atas musisi, sineas, budayawan, dan komedian mengusulkan kepada pasangan bakal calon presiden-bakal calon wakil presiden Ganjar Pranowo-Mahfud MD untuk menghidupkan kembali Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf).

Dalam acara bincang-bincang antara Ganjar-Mahfud dan pekerja kreatif di Jakarta, Senin, mereka, salah satunya musisi Adi Adrian (populer: Adi KLa Project) mengusulkan Badan Ekonomi Kreatif dibentuk kembali demi mengakomodasi kepentingan dan kebutuhan para pekerja ekonomi kreatif, termasuk di antaranya memberi dukungan biaya sekaligus mengkurasi karya-karya dari seniman yang patut mendapat dukungan dari pemerintah.

Dalam acara itu, mereka mencontohkan Pemerintah Korea Selatan yang fokus membangun industri kreatifnya, antara lain K-Pop (Korea Pop) dan industri film mulai dari drama Korea (drakor) sampai film-film festival.

Hasilnya, mereka menyebut, industri kreatif di Korea Selatan saat ini menjadi salah satu komoditas yang diekspor ke luar negeri dan menjadi salah satu penopang perekonomian nasionalnya.

Baca juga: Ganjar Pranowo, apakah tren gubernur menjadi presiden akan terulang?

Baca juga: Ganjar: Ada beberapa kelompok perlu diperhatikan kesejahteraannya


Tidak hanya itu, salah satu komedian Abdul Azis Batubara (nama panggung: Adjis Doaibu) juga mengeluhkan alur perizinan yang rumit dan sewa gedung terlampau mahal.

"Kadang-kadang tempat-tempat pelat merah harganya mahal. Sudah mahal mereka minta jatah free pass (tiket gratis, red.) yang diputar (dijual kembali, red.) ke mereka yang tidak berhak. Kemarin kami bikin acara 3 hari mendatangkan 9.000 orang, mengangkat UMKM sebenarnya untung mereka tidak besar karena harga sewa (lapak) mahal untuk harga sewa tempat (yang mahal, red.)," ungkap Adjis.

Usai mendengar beberapa usulan dan kebutuhan dari para pekerja kreatif, Ganjar menyampaikan ke depan tentu perlu ada transparansi dan kontrol soal tata kelola yang pada akhirnya dapat memudahkan para pelaku usaha, termasuk pekerja kreatif, untuk berbisnis.

"Kemarin (ada) musisi komplain ke saya izin dikeluarkan beberapa jam sebelum main (acara mulai), ini harus ada yang kontrol. Kedua, terkait dengan mahalnya sewa bisa kita kategorisasi, kalau ini bisnis gede (ditetapkan tarif, red.), kalau UMKM gratis kan saja," kata Ganjar.

Dia menilai industri kreatif punya potensi untuk diperkuat dan diperluas jangkauannya. Ganjar mencontohkan festival musik "Pesta Pora".

"Kapan hari saya melihat Pesta Pora di Jiexpo, kami nonton dari atas, penuh (penonton). Konsep (acara) bagus, ada beberapa stage (panggung), ada main stage, tradisional, komunitas. Mereka mengembangkan sendiri, merancang sendiri, yang begini-begini butuh kurator, butuh pengelola, butuh creative-creative hub-nya," tutur Ganjar.

Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2023