Wuhan (ANTARA) - Konferensi Dunia tentang Tai Chi Wudang (World Conference on Wudang Tai Chi) dibuka pada Senin (23/10) di kaki Pegunungan Wudang, sebuah Situs Warisan Dunia UNESCO, di Provinsi Hubei, China tengah.

Lebih dari 2.000 peserta, termasuk 1.500 praktisi, dari 33 negara dan kawasan berkumpul di Kawasan Wisata dan Ekonomi Khusus Gunung Wudang di Kota Shiyan untuk menghadiri konferensi tersebut, yang bertujuan untuk mempromosikan budaya tradisional China dan pertukaran antarperadaban.

Konferensi ini berlangsung hingga Rabu (25/10) dan acara-acara utamanya meliputi kompetisi Tai Chi internasional, forum budaya Tai Chi, festival kesenian pemuda, eksplorasi warisan budaya, serta konsultasi kesehatan oleh para ahli pengobatan tradisional China.

Upacara pembukaan yang menampilkan musik tradisional Tao, koneksi video internasional, dan demonstrasi massal Tai Chi, digelar di Istana Yuxu, salah satu biara terbesar di antara kompleks arsitektur Wudang. Acara ini menunjukkan signifikansi historis dan pengaruh mendalam dari budaya Tai Chi Wudang kepada penonton di lokasi maupun daring.

Selama berabad-abad, Pegunungan Wudang dikenal sebagai pusat penting Taoisme, yang secara khusus terkenal dengan seni bela diri versi Tao atau Tai Chi. Istana dan kuil kuno di Wudang mewakili standar seni dan arsitektur China tertinggi selama hampir 1.000 tahun.

"Lebih dari 500 juta orang dari 150 negara dan kawasan mempraktikkan Tai Chi, dan sekitar 30.000 orang asing mengunjungi Wudang setiap tahunnya untuk belajar Tai Chi," tutur Gubernur Provinsi Hubei Wang Zhonglin dalam pidato pembukaannya.

Dia menyebutkan bahwa budaya Tai Chi, yang berasal dari Wudang, mendorong konsep filosofis harmoni antara alam dan manusia, yang menyampaikan gagasan kebajikan dan inklusivitas. Dia mengungkapkan komitmennya untuk membangun Pegunungan Wudang menjadi pusat budaya Tai Chi global dan tujuan wisata kelas dunia.

Wudang Tai Chi International Fellowship Competition dimulai pada Minggu (22/10), dengan membagi kompetisi ke dalam lima kelompok umur, yakni anak-anak, remaja, dewasa muda (young adult), dewasa paruh baya, dan lansia. Total 1.503 atlet mendaftar, termasuk 128 di antaranya dari luar China
 
Daniele Pedrazzini dari Italia berkompetisi pada Kompetisi Beasiswa Internasional Wudang Taichi ke-7 di Shiyan, Provinsi Hubei, Tiongkok tengah, pada 23 Oktober 2023. (Xinhua/Du Zixuan)   


"Saya berada di tempat saya seharusnya berada. Saya merasa lebih nyaman berada di China dibandingkan di Inggris," kata Benjamin Lucas, yang akan berpartisipasi dalam kompetisi tersebut setelah mengikuti pelatihan selama lima bulan di sebuah sekolah seni bela diri lokal.

Pria berusia 32 tahun itu menyebutkan bahwa dia telah berlatih Tai Chi selama lima tahun. Taoisme, musik tradisional China, serta teh juga menjadi kesukaannya, lanjut Lucas.

Eli Roovers dari Belanda telah dua kali mengunjungi Pegunungan Wudang untuk mempelajari Tai Chi, filsafat Tao, dan guqin, sebuah alat musik petik China yang memiliki tujuh senar.

Pria itu menemukan hal yang paling menarik tentang kebudayaan China adalah "fakta bahwa unsur-unsur kebudayaan kuno masih tetap hidup dan dihormati hingga saat ini, dan itu bukan hanya sesuatu yang anda baca, melainkan sesuatu yang saya lihat memang dipraktikkan."

Setelah menghabiskan sembilan bulan di Wudang, pria berusia 45 tahun asal Belanda itu percaya bahwa Tai Chi dan filosofi di baliknya telah mengubah hidupnya. 
 

Pewarta: Xinhua
Editor: Citro Atmoko
Copyright © ANTARA 2023