Jakarta (ANTARA News) - Banyaknya tenaga kerja Indonesia di luar negeri yang mendapat perlakuan tidak manusiawi dan kehilangan hak-haknya membuat penyanyi beraliran "country", Franky Sahilatua, tergerak untuk memperjuangkan nasib mereka dan bersedia dinobatkan sebagai Duta Buruh Migran Indonesia. "Jangan sampai kata-kata Bung Karno dulu menjadi kenyataan, bahwa bangsa kita suatu saat akan menjadi bangsa kuli. Harus ada yang memperjuangkan `wong cilik` biarpun mereka di negeri orang tetapi mereka memiliki hak sebagai pekerja," kata Franky usai dinobatkan sebagai Duta Buruh Migran bersama penyanyi Dangdut, Ninik Carlina, oleh Organisasi Buruh Internasional (ILO) dan Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) di Jakarta, Kamis. Buruh migran Indonesia belum memperoleh hak-hak mereka secara penuh, termasuk dilarang berserikat dan menyampaikan aspirasi. Akibatnya mereka benar-benar menjadi kuli di bawah tekanan majikan dan bahkan kerap diperlakukan seperti budak, katanya. "Saya menerima tawaran teman-teman dari SBMI karena saya terpanggil untuk memperjuangkan rakyat kecil. Saya melihat buruh migran kita mengalami nasib yang sangat buruk dan tidak mendapat perlindungan yang memadai," katanya. Menurut Franky, hingga saat ini masih banyak buruh migran Indonesia terutama di Timur Tengah yang mengalami nasib yang tidak baik. Karena itu, mereka akan mendapatkan perhatian khusus darinya sebagai Duta Buruh Migran. Di antara mereka bahkan ada yang disiksa, bekerja tanpa dibayar, maupun diperkosa oleh majikan dan anak majikan. Keberadaan buruh migran ini telah menjadi lahan perbudakan, katanya. "Harus ada tindakan nyata dari pemerintah untuk melindungi mereka. Jangan sampai malah mereka dijadikan pihak-pihak tertentu sebagai komoditi," katanya. Franky mengatakan, tugasnya sebagai Duta Buruh Migran sudah dibagi dua bersama Ninik Carlina, dan dia akan bergerak di bidang advokasi untuk perlindungan buruh migran. "Jangan sampai dalam fase-fase pendaftaran hingga pemulangan buruh migran, mereka dimanfaatkan dan dijadikan komoditi oleh orang-orang birokrasi, penyelenggara ataupun pengguna buruh. Mereka perlu dilindungi karena mereka adalah potensi penyumbang devisa bagi negara," katanya. Sementara itu, Ninik Carlina mengatakan, dirinya tergerak untuk memperjuangkan nasib buruh migran karena memiliki saudara yang menjadi TKI dan mengetahui suka duka mereka, seperti bagaimana susahnya melalui prosedurnya serta banyak yang tidak menerima hak-haknya. "Saudara saya sampai bingung cari pinjaman puluhan juta untuk membayar ongkosnya. Apalagi setelah saya melihat sendiri kondisi buruh migran kita di Korea Selatan saat saya manggung di sana," kata Ninik.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006