Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis penyakit dalam konsultan gastroenterohepatologi MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, dr Saut Horas H Nababan Ph.D, Sp.PD-KGEH menjelaskan, elastografi hati merupakan metode pemeriksaan non-invasif yang lebih mudah dan tidak menimbulkan rasa sakit, terutama pada pasien penyakit hati kronis.

Secara sederhana, kata dia, alat itu mengukur kekakuan hati yang secara tidak langsung dikaitkan dengan derajat fibrosis hati. Jadi dengan menggunakan alat itu, dokter bisa menilai apakah sudah terdapat komplikasi dari penyakit hati kronis yang diderita pasien.

"Jadi, alat ini bisa digunakan pada kasus-kasus seperti infeksi virus hepatitis B dan C, sirosis, penyakit hati alkoholik, penyakit hati non-alkoholik, dan penyakit hati yang terkait gangguan metabolik. Pemeriksaan ini juga berguna dalam memantau perkembangan penyakit hati akibat obat-obatan atau autoimun,” lanjut kata dr Saut dalam siaran resmi pada Rabu.

Adapun perbedaan elastografi hati dengan USG (ultrasonography) menurut dr Saut terletak pada informasi yang disuguhkan dari metode itu. “Pemeriksaan USG secara umum menilai struktur dan kondisi organ, sementara elastografi hati menilai derajat fibrosis dan perlemakan hati,” ujar dr. Saut.

Baca juga: Hati-hati, orang dengan kecemasan berisiko terkena penyakit kronis

Baca juga: Pakar: Jangan anggap enteng Hepatitis A yang picu kegagalan hati


Ia menjelaskan, elastografi hati memiliki sejumlah keunggulan antara lain, tidak invasif atau tidak ada penyisipan jarum atau pemotongan yang diperlukan, tidak menyakitkan karena pasien tak akan merasakan ketidaknyamanan atau rasa sakit selama pemeriksaan dan dapat menilai derajat fibrosis serta derajat perlemakan hati.

Bagi pasien yang berniat melakukan elastografi hati, dr. Saut menjelaskan bahwa metode itu tidak memerlukan persiapan khusus, melainkan hanya berpuasa selama tiga jam sebelum pemeriksaan. Sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk pemeriksaan elastografi hati singkat sekitar 5-10 menit dan hasil pemeriksaan dapat dilihat langsung oleh pasien.

Hasil pemeriksaan dapat membantu dokter dalam mendiagnosis, menentukan tingkat keparahan penyakit hati, merencanakan perawatan, serta memantau perkembangan pasien selama pengobatan
 

Contoh hasil pemeriksaan elastrogafi hati di MRCCC Siloam Hospitals Semanggi. (ANTARA/HO-Siloam Hospitals)


Baca juga: Hati-hati, stres tingkatkan risiko penyakit jantung koroner

Jaga pola hidup

Lebih baik mencegah daripada mengobati. Untuk itu, dr. Saut berpesan kepada masyarakat agar menjaga pola hidup sehat dengan menjaga asupan untuk mencegah obesitas dan diabetes yang berkontribusi terhadap peningkatan kasus perlemakan hati.

"Kasus perlemakan hati akibat gangguan metabolik di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan dalam dekade akhir. Faktor-faktor seperti perubahan gaya hidup, pola makan yang tidak sehat, tingginya insidensi obesitas dan diabetes telah berkontribusi terhadap peningkatan kasus perlemakan hati di Indonesia," kata dia.

"Hal itu menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia menderita atau berisiko terserang penyakit hati akibat gangguan metabolik,” pungkas dr. Saut.

Saat ini Rumah Sakit MRCCC Siloam Semanggi menyediakan layanan pemeriksaan kesehatan hati dasar hingga lanjut. Calon pasien bisa menjadwal konsultasi dokter melalui https://www.siloamhospitals.com/cari-dokter, aplikasi MySiloam atau Contact Center 1-500-181.

Untuk meminimalisir terkena penyakit perlemakan hati ada beberapa cara yang bisa dilakukan seperti mempertahankan berat badan yang sehat. Jika kelebihan berat badan atau obesitas, penurunan berat badan secara bertahap dengan mengombinasikan diet sehat dan olahraga dapat membantu mengurangi penumpukan lemak di hati.

Selain itu menjalani kegiatan fisik secara teratur dapat membantu meningkatkan sensitivitas insulin dan mengurangi lemak di hati. Kemudian jangan lupakan pola makan sehat, dimana fokus pada makanan yang seimbang dengan menghindari makanan yang tinggi lemak jenuh, gula tambahan, dan garam berlebih. Makanan yang tinggi serat, seperti buah-bahan, sayuran, dan biji-bijian, dapat membantu memperbaiki metabolisme tubuh.

Kadar gula darah juga perlu dikontrol dengan mengikuti diet rendah karbohidrat dan menjaga pola makan seimbang. Terakhir, bila seseorang kerap mengonsumsi alkohol, maka konsumsilah secara bertanggung jawab atau bahkan hindari konsumsi alkohol secara keseluruhan karena ini  akan membantu menjaga kesehatan hati.

Baca juga: Dokter: Kebiasaan begadang dapat merusak hati

Baca juga: Dokter paparkan bahaya penyakit sirosis hati

Baca juga: Praktisi Kesehatan: Konsumsi alkohol sebabkan penyakit sirosis hati

 

Pewarta: Alviansyah Pasaribu
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023