Paris (ANTARA News) - Para menteri, mantan pelatih dan pemain, kaum intelektual, dan pendukung kebanyakan Perancis hari Kamis menyambut baik permintaan maaf bintang sepakbola Zinedine Zidane atas tindakannya menanduk seorang pemain lawan di babak final Piala Dunia. Zidane mengatakan dalam wawancara televisi hari Rabu bahwa ia meminta maaf karena tindakannya disaksikan jutaan anak-anak di seluruh dunia, tetapi mengatakan ia tidak menyesal mempertahankan nama baik keluarganya dari penghinaan seorang pemain Italia. "Saya kira Zinedine Zidane mengatakan apa yang kami semua harapkan. Itu adalah untuk mengatakan ia minta maaf, khususnya kepada anak-anak dan para guru," kata Menteri Olahraga Perancis, Jean-Francois Lamour. Zidane, yang melakukan pertandingan terakhirnya untuk negaranya, dikeluarkan dari lapangan dalam pertandingan final Piala Dunia hari Minggu karena menanduk dada bek Italia, Marco Materazzi. Kapten Perancis itu mengatakan ia melakukan serangan itu setelah pemain Italia itu menghina ibu dan adik perempuannya. Ia dikeluarkan dari lapangan 10 menit sebelum berakhirnya pertandingan, sehingga ia kehilangan kesempatan melaksanakan tugasnya dalam adu tendangan penalti, yang dimenangi Italia dengan skor 5-3. L`Equipe, suratkabar olahraga terkemuka Perancis yang mengecam keras serangannya terhadap Materazzi dalam edisi hari Senin suratkabar tersebut, lebih bersahabat dalam edisi hari Kamis, seraya menunjuk komentar berapi-api Zidane tentang perlunya memerangi rasisme yang merusak olahraga. "Tidak pernah, selama karir panjangnya ia mendengar hal-hal semacam itu ratusan kali, ia tersinggung karena masalah ini," tulis suratkabar itu dalam tajuk rencananya seperti dikutip Reuters. "Wawancara Zidane ini merupakan cara paling khidmat untuk mengatakan selamat tinggal, setelah kehilngan kesempatan di Berlin," sambungnya. Materazzi mengakui menghina Zidane, tetapi membantah ia menghina ibu Zidane atai membuat komentar rasis. Zidnane dan Materazzi akan dimintai keterangannya oleh badan sepakbola internasional, FIFA. Michel Hidalgo, seorang mantan pelatih tim nasional, merupakan di antara tokoh terkemuka yang menolak untuk mengutuk tindakan Zidane itu, seraya mengatakan kepada radio Perancis, "Orang dapat merasakan bahwa dialah orang yang terluka, karena ia dapat melakukan perpisahan emas bila insiden ini tidak terjadi". "Ia merasa terluka dan tidak bisa mengendalikan kemarahannya. Ia mengatakan hal itu patut dicela. Kami juga harus berkata kepadanya bahwa ia dapat dimaafkan karenanya," lanjutnya. Para pendukung orang kebanyakan menyambut baik permintaan maafnya. "Yang paling menyakitkan saya ialah bahwa Zidane adalah orang yang terhormat," kata karyawan di tempat hiburan, Herve Lambinet, 54, kepada Le Parisien. "Di satu sisi, tindakan itu mengecewakan, karena ia adalah pemain favorit saya dan hal itu tidak bisa dilakukan di lapangan," kata juara dunia Formula Satu, Fernando Alonso. "Tetapi, saya masih mendukungnya. Bila Anda berbuat sesuatu seperti itu, pasti karena sesuatu terjadi sebelumnya. Itu merupakan reaksi normal bagi seorang profesional, tambah pembalap asal Spanyol itu. Tetapi, pembalap Italia Jarno Trulli, mengatakan ia tidak dapat memaafkan apa yang dilakukan Zidane. "Saya dapat memahami reaksinya, tetapi sayangnya saya tidak dapat memaafkannya," kata Trulli.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006