Padang (ANTARA) - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengingatkan pemangku kepentingan dan masyarakat di Tanah Air untuk selalu mewaspadai dan menyiapkan langkah mitigasi terkait potensi ancaman bencana hidrometeorologi yang dapat terjadi kapan saja.

"Untuk menghadapi banjir maupun kekeringan atau yang disebut juga dengan bencana hidrometeorologi, maka harus kita antisipasi sedini mungkin," kata Sekretaris Jenderal Kementerian PUPR Mohammad Zainal Fatah di Padang, Kamis.

Hal tersebut disampaikan Sekretaris Jenderal Kementerian PUPR saat memberikan kuliah umum di Universitas Andalas sekaligus dalam peluncuran Program Studi Magister Management Bencana, Sekolah Pascasarjana UNAND.

Di hadapan civitas akademika UNAND, Zainal mengatakan meskipun Indonesia sudah sering dilanda fenomena El Nino dan El Nina namun prediksi BMKG musim kemarau tahun 2023 akan lebih kering, dan panjang dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

"BMKG telah mengingatkan bahwa pengaruh El Nino akan melintasi tahun 2023. Artinya Desember 2023 kita masih akan terdampak El Nino khususnya Indonesia bagian timur," ujarnya.

Untuk sebagian wilayah di Tanah Air seperti Provinsi Sumatera Utara dan Sumatera Barat hujan sudah mulai turun. Namun, untuk Indonesia bagian timur musim kemarau diprediksi akan terjadi hingga Februari 2024.

Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk menyiapkan langkah mitigasi sebelum terjadinya bencana hidrometeorologi seperti banjir atau kekeringan. Sebab, jangan sampai penanganan baru dilakukan saat bencana terjadi.

"Aktivitas atau langkah kesiapsiagaan harus kita lakukan sebelum bencana terjadi," ujarnya mengingatkan.

Sementara itu, Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi mengatakan pemerintah provinsi telah melahirkan peraturan daerah tentang bangunan yang ramah gempa. Tidak hanya di tingkat provinsi, Gubernur juga mendorong kabupaten dan kota segera menerbitkan kebijakan yang sama guna memitigasi gempa bumi.

Kemudian, terkait dibukanya Program Studi Magister Manajemen Bencana, Sekolah Pascasarjana UNAND , ia menilai hal tersebut menjadi pintu pembuka dalam melahirkan sumber daya manusia yang mempunyai kualifikasi ilmu tentang kebencanaan.

Baca juga: BNPB: Jawa hingga Nusa Tenggara waspada kekeringan September-Oktober

Baca juga: BNPB: 70 persen bencana sepekan didominasi hidrometeorologi kering

Baca juga: BMKG: Kunci hadapi potensi bencana hidrometeorologi di tata air


 

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2023