Jerusalem (ANTARA News) - Tindakan Israel semakin tak terkontrol. Tak puas hanya menyerang Bandara Beirut yang menewaskan puluhan orang, ancaman untuk melenyapkan Hassan Nasrallah, petinggi gerakan Syiah Lebanon, Hizbullah, juga dilontarkan seorang menteri kabinet Israel. "Nasrallah memutuskan nasibnya sendiri," demikian pengumuman Menteri Dalam Negeri Roni Bar-On melalui stasiun radio. "Kami akan menyelesaikan perhitungan dengan dia, ketika saatnya tiba." Pasukan Israel meningkatkan serangan terhadap Lebanon melalui serbuan sebelum fajar, Jumat, dengan menggempur pusat markas komando Hizbullah di pinggir kota Beirut, di tengah keprihatinan masyarakat internasional bahwa peningkatan itu dapat menyulut perang regional. Menteri Kehakiman Hamon Ramon mengatakan kepada radio Angkatan Darat bahwa Israel akan memerangi Hizbullah dengan "cara yang sama dengan yang digunakan Amerika terhadap Osama bin Laden" --pemimpin Al Qaeda-- atau yang digunakan Rusia terhadap gerilyawan Chechnya. Menteri Pertahanan Israel Amir Peretz, Kamis, mengumumkan Israel bermaksud "menghancurkan" Hizbullah --yang anggotanya menculik dua prajurit Israel dalam serangan ke perbatasan Israel utara serta menewaskan delapan prajurit lain. Tiga warga sipil Israel dan lebih dari 50 orang lagi cedera, Kamis, ketika sejumlah roket menghujani beberapa kota kecil di Israel utara dari Lebanon selatan. Sementara itu seperti yang dilaporkan AFP, Raja Jordania Abdullah II mencela serangan Israel terhadap Lebanon dan menyebutnya agresi yang mesti dihentikan. Raja Jordania itu mengeluarkan pernyataan tersebut selama pembicaraan di pelabuhan Laut Merah, Aqaba, dengan politikus terkenal Lebanon Saaduddine Al-Hariri. "Jordania menolak agresi ini, yang ditujukan pada prasarana dan warga sipil tak berdosa Lebanon," kata Raja Abdullah kepada Saaduddine, putra mendiang mantan perdana menteri Lebanon Rafik Al-Hariri, yang memimpin koalisi politisi anti-Suriah di parlemen Lebanon, sebagaimana dilaporkan kantor berita Jordania, Petra. Kabinet Jordania mendesak PBB dan masyarakat dunia untuk "segera menghentikan peningkatan serius ini yang dapat mendorong seluruh wilayah tersebut ke dalam bahaya, ketidak-stabilan dan konfrontasi baru", katanya. Di Tokyo, Kementerian Luar Negeri Jepang menyampaikan keprihatian kuat mengenai meningkatnya ketegangan di wilayah perbatasan Lebanon-Israel dan menyeru semua pihak agar "sepenuhnya menahan diri". Kementerian itu mengeluarkan pernyataan pers Kamis larut malam, setelah pasukan Israel menyerang bandar udara internasional Beirut, menyusul penculikan dua prajuritnya dan tewasnya delapan prajurit lain oleh pejuang Hizbullah yang menyeberangi perbatasan dari Lebanon sehari sebelumnya. Kementerian tersebut menyatakan aksi militer Israel, yang menewaskan dan melukai banyak warga sipil, tak membantu menyelesaikan masalah dan mendesak pemerintah Israel untuk "menahan diri". Kementerian itu juga menyerukan pembebasan segera prajurit Israel yang ditangkap dan mendesak pemerintah Lebanon untuk melakukan upaya guna mewujudkan pembebasan mereka serta menghentikan aksi kekerasan lebih lanjut oleh berbagai kelompok bersenjata. Jepang "sangat prihatin" bahwa perkembangan itu dapat menimbulkan dampak buruk bagi proses perdamaian di wilayah tersebut dan menyeru semua pihak terkait untuk "sepenuhnya menahan diri", demikian isi pernyataan Kementerian Luar Negeri di Tokyo.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006