Jakarta (ANTARA) - Tren busana penutup kepala atau hijab ala santri Indonesia menarik desainer dari Jepang, Erika Masuda, untuk merancang bentuk versinya yang diklaim ramah lingkungan untuk merespons perubahan iklim.

Erika kepada pers di Jakarta, Sabtu, mengatakan, serat wastra atau kain tradisional yang sarat akan makna budaya nusantara itu dibuatnya dari daur ulang limbah sisik ikan.

"Budaya Indonesia 'kan ada hijab, sedangkan di Jepang tidak ada. Konsep hijab di Indonesia itu menarik saya untuk membuat versinya pakai bahan kolagen dari sisik ikan yang sering dibuang sembarangan dan menjadi limbah," kata Erika.

Erika berharap dengan menggunakan sisik ikan sebagai bahan dasar pembuatan hijab, kelak dapat menjadi solusi perubahan iklim dan keberlanjutan lingkungan yang bisa ditiru di tempat lain.

Dia juga mengajak pencinta fesyen muslim di Indonesia untuk bersama-sama mengurangi limbah tekstil yang mengancam lingkungan dengan tidak menjadi orang yang sekadar pengikut tren busana tertentu.

Baca juga: Gerai jenama fesyen Korea MLB resmi dibuka di Jakarta
Baca juga: Menkop UKM: Produk wastra Indonesia dapat pujian di Paris


Caranya dengan menggandeng desainer asal Indonesia, Bubah Alfian, untuk bersama-sama merancang 12 tampilan (look) busana muslim yang diperagakan di Jakarta. Hal itu sebagai usaha mendekatkan tren busana daur ulang kepada para muslimah di Ibu Kota Indonesia.

Bubah mengakui ada perbedaan serat kolagen dari sisik ikan dengan kain tenun biasa yaitu lebih lembut di kulit saat dipegang.
 
"Ini aku rasa kain yang paling halus yang pernah aku pegang, terus adem, enak dan nyaman banget," kata Bubah.

Kolaborasi keduanya pun melahirkan perpaduan busana muslim bertema karnaval yang ramai ala Bubah Alfian dengan seni shibori dari Kyoto (Jepang), Kinbaku versi Erika Masuda yang ditawarkan dengan harga mulai dari Rp450 ribu.

Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2023