Beijing (ANTARA) - Terletak di Prefektur Otonom Etnis Mongol Bortala di Xinjiang, Alataw Pass berbatasan dengan Kazakhstan. Sejak kereta kargo China-Eropa melewatinya untuk kali pertama pada 2011, jalur itu telah menangani lebih dari 30.000 kereta ke Asia Tengah atau Eropa.

"Dahulu ada jeda waktu selama sekitar satu jam di antara pengiriman, namun kini begitu satu pengiriman memasuki tahap pemeriksaan, pengiriman selanjutnya tiba," ujar Parman, yang berasal dari kelompok etnis Uighur.

Usai meraih gelar magister bahasa Rusia dari Xinjiang Normal University pada 2017, pria berusia 31 tahun itu memperoleh pekerjaan sebagai penerjemah di pelabuhan darat tersebut.

Pekerjaan harian Parman mencakup menerjemahkan surat muatan (waybill) kereta internasional dari bahasa Rusia ke bahasa Mandarin, yang meliputi informasi mengenai pengirim, stasiun keberangkatan, pihak penerima dan stasiun tujuan, serta nama produk.

Setelah itu, dia mengisi surat muatan berbahasa Mandarin dan memasukkannya ke sistem pelabuhan tersebut sebelum proses verifikasi.

Parman menekuni pekerjaannya dengan sangat serius. "Pekerjaan ini mungkin terlihat mudah, tetapi tidak ada ruang untuk kesalahan dalam pekerjaan penerjemahan. Setiap detail harus dikerjakan dengan teliti demi menjamin akurasinya, karena satu kesalahan saja dapat mengakibatkan tertundanya pengiriman barang."

Mengingat jenis barang yang diangkut kereta kargo itu terus berubah, Parman harus menambah kosakata bahasa Rusianya secara teratur.

Dia selalu membawa sebuah buku catatan saat bekerja, dan mengisinya dengan kata-kata dan struktur kalimat dalam bahasa Rusia.

Barang-barang yang diangkut oleh kereta kargo itu telah diperluas menjadi lebih dari 200 kategori, yang mencakup semua hal mulai dari produk pertanian dan kebutuhan sehari-hari hingga mesin dan perangkat elektronik.

Dalam satu dekade sejak China mengusulkan BRI, jumlah kereta kargo China-Eropa dan China-Asia Tengah yang ditangani oleh Alataw Pass terus mengalami kenaikan stabil, yang berarti para penerjemah di pelabuhan darat tersebut semakin sibuk.

"Tidak masalah jika beban kerja melonjak selama kami dapat membantu mempercepat proses perizinan bea cukai untuk kereta-kereta tersebut," urai Parman.

Seiring pertukaran ekonomi dan perdagangan antara China dan negara-negara mitra BRI semakin intens, semakin banyak pula produk dari negara-negara Asia Tengah yang ditangani di Alataw Pass.

"Produk-produk seperti biji-bijian, minyak, anggur merah (red wine), dan cokelat disambut baik oleh para pelanggan China," tuturnya.

Dia juga memperhatikan bahwa semakin banyak barang-barang lokal Xinjiang, termasuk sweater, mebel, dan semen, dikirim ke pasar internasional.

"Terletak di jantung Sabuk Ekonomi Jalur Sutra, Xinjiang memiliki sejumlah keunggulan yang unik. Saya yakin bahwa kerja sama ekonomi dan perdagangan antara China dan mitra-mitra BRI akan semakin berkembang," kata Parman.

"Pekerjaan saya ini bagaikan pembawa pesan untuk kereta kargo China-Eropa, memfasilitasi komunikasi dan membina hubungan antara China dan negara-negara mitra BRI," imbuh Parman.

Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2023