Saya rasa apa yang dilakukan LPEM ini adalah bagian dari upaya kita menurunkan sebuah mimpi itu menjadi sebuah strategi...
Depok (ANTARA) - Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) memberikan usulan langkah prioritas pemerintah masa depan dalam menghadapi tantangan ekonomi untuk mewujudkan Indonesia maju dengan kesejahteraan yang merata.

Dekan FEB UI Teguh Dartanto di kampus UI Depok, Senin mengatakan pemerintah memiliki aspirasi mewujudkan Indonesia Emas 2045 di mana negara ini menjadi maju sejajar negara adidaya.

Selain itu, pemerintah Indonesia menargetkan keluar dari middle income trap. Di sisi lain, kata dia, dalam mewujudkan hal tersebut perlu strategi kuat dan mumpuni, aksi nyata yang masif dan terukur, serta dengan ‘amunisi’ yang tepat.

“Saya rasa apa yang dilakukan LPEM ini adalah bagian dari upaya kita menurunkan sebuah mimpi itu menjadi sebuah strategi dan aksi dan juga bagaimana kita membiayai strategi dan aksi itu untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045,” ujarnya.

Adapun white paper tersebut hadir karena dalam beberapa tahun terakhir dunia telah menyaksikan perlambatan ekonomi global, dengan tingkat inflasi dan suku bunga yang akan terus tetap tinggi. Selain itu, terjadi gejolak geopolitik serta peningkatan risiko yang dikenal sebagai fragmentasi geo-ekonomi.

Sehingga para ahli meyakini bahwa fenomena dalam perekonomian global yang terjadi saat ini akan membawa konsekuensi signifikan secara ekonomi serta perubahan mendasar dalam pengambilan kebijakan dunia. Selain itu, permasalah dari dalam negeri juga masih menjadi tugas berat yang menanti pemerintahan ke depan.

“Dalam white paper juga mengingatkan bahwa Indonesia berpotensi besar terjebak dalam middle income trap. Berdasarkan analisa komparasi makroekonomi, kondisi Indonesia saat ini jauh berbeda untuk menuju negara berpendapatan tinggi seperti layaknya Cina, Malaysia, Korea Selatan, Thailand, dan Brasil ketika mereka pertama kalinya masuk dalam kelompok Upper Middle Income,” ujar Teguh.

Teguh juga mengungkapkan kegundahannya karena data panel rumah tangga selama 20 tahun menunjukkan banyak rumah tangga di Indonesia terjebak di kelas menengah dan gagal naik kelas.

Oleh karena itu, menurutnya white paper tersebut dapat menavigasi pemerintah mewujudkan aspirasi pembangunan dalam mewujudkan kemajuan dan kesejahteraaan yang adil, makmur, resilien dan berkelanjutan.

Hal ini sangat penting sehingga aspirasi tersebut menjadi realistis dan Indonesia bisa menyiapkan berbagai skenario dalam pembangunan.

"Saya rasa kita juga harus berpikir kritis, mimpi bukan sekadar mimpi. Kalau kita ingin mewujudkan mimpi perlu bekerja keras agar mimpi Indonesia Emas 2045 ini bisa tercapai. Dan kami akan melanjutkan white paper ini menjadi sebuah analisis yang lebih mendalam dan komprehensif,” lanjutnya.

Sementara itu Kepala LPEM FEB UI Chaikal Nuryakin mengatakan bahwa bagaimana kondisi pertumbuhan perekonomian Indonesia yang dalam dua dekade terakhir tidak pernah jauh dari 5 persen Pertumbuhan kredit per tahun juga tidak pernah lebih dari 15 persen. Partisipasi kerja perempuan mentok di angka 54 persen.

Selain itu, rasio pajak terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang tidak pernah melampaui 11 persen. Bahkan hanya 9,9 persen dalam satu dekade terakhir. Adapun kontribusi industri terus menurun dan hanya sekitar 18 persen terhadap PDB. Hal itu disertai kemiskinan ekstrem yang persisten di tingkat 1,7 persen.

“Jadi isu-isu pembangunan saat ini dan ke depan harus dipetakan. Tentu saja kami juga menawarkan reformulasi kebijakan yang optimal untuk jangka pendek dan pencapaian jangka panjang,” katanya.

Baca juga: 10 keilmuan UI masuk THE WUR 2024 by Subject
Baca juga: FEB UI, sekolah bisnis terbaik di Indonesia


Pewarta: Feru Lantara
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023