Jakarta (ANTARA News) - Konsumen produk-produk perangkat seluler dan komputer tidak terlalu mempertimbangkan menguatnya nilai tukar dolar AS terhadap rupiah ketika akan membeli gadget.

"Karena ponsel pintar (smartphone) sudah menjadi kebutuhan untuk bekerja," kata Didin, warga Palmerah Jakarta Barat, kepada ANTARA News di pameran Indonesia Cellular Show (ICS) 2013 di Jakarta, Kamis.

Nilai tukar dolar AS bahkan sempat menembus 10.015 dalam indeks valas Bloomberg pada Kamis (13/6) siang meskipun BI menetapkan kurs jual dolar senilai 9.936 pada Kamis sore.

Didin mengaku nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menjadi pertimbangan dalam pembelian gadget ketika mencapai lebih dari 1000 poin.

"Tentu saya akan melihat situasi dan kondisi keuangan pribadi jika dolar naik tinggi," kata Didin.

Hal senada disampaikan Ari, warga Mampang Prapatan Jakarta Selatan, yang menyebut nilai tukar rupiah 9.800 hingga 9.913 per dolar AS.

"Di pameran, harga ponsel pintar dan komputer didiskon sehingga orang tertarik membeli dan tidak begitu mempertimbangkan nilai dolar," kata Ari.

Ari mengatakan nilai tukar rupiah menjadi pertimbangkan membeli gadget jika kursnya sudah lebih dari 10.000 per dolar AS.

Sementara, Tofa, warga Bumi Serpong Damai Tangerang lebih cenderung menyurvei terlebih dahulu harga produk-produk seluler atau komputer sebelum memutuskan pembelian.

"Saya melihat harga-harga barang (seluler dan komputer) masih sama dan belum terlihat perubahan," kata Tofa yang mengetahui nilai tukar dolar sekitar Rp9.700.

Tofa menambahkan pembelian produk-produk gadget lebih dipengaruhi kebutuhan sebagai alat kerja dibanding mengikuti tren.

(I026)

Pewarta: Imam Santoso
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013