Saat ini, peran tenaga hidro menjadi semakin penting dalam upaya percepatan transisi energi Indonesia mencapai NZE pada 2060
Jakarta (ANTARA) - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mendorong pemanfaatan tenaga hidro dalam upaya mempercepat transisi energi Indonesia mencapai net zero emission (NZE) pada 2060.

Menurut dia, pembangkit listrik tenaga hidro telah berkontribusi bagi sistem ketenagalistrikan di Indonesia selama lebih dari 100 tahun.

"Saat ini, peran tenaga hidro menjadi semakin penting dalam upaya percepatan transisi energi Indonesia mencapai NZE pada 2060," katanya saat pembukaan sesi plenary pada World Hydropower Congress (WHC) 2023 di Bali, Selasa.

Dalam keterangannya yang dikutip di Jakarta, Selasa, Menteri Arifin mengatakan Indonesia memiliki potensi tenaga hidro sebesar 95 gigawatt (GW).

Saat ini, kapasitas terpasang telah mencapai 6,7 GW. Pada 2030, pengembangan pembangkit tenaga hidro ditargetkan mencapai lebih dari 10 GW.

"Selanjutnya, akan ditingkatkan mencapai 72 GW sampai 2060. Sementara, untuk pumped storage akan mencapai 4,2 GW," ujarnya.

Menurut Arifin, pemerintah juga memprioritaskan pengembangan transmisi super grid untuk meningkatkan konektivitas antarpulau dengan mendorong pemanfaatan sumber energi hidro dan energi terbarukan lainnya.

"Tenaga hidro adalah salah satu energi terbarukan yang dapat digunakan sebagai base load dan juga sebagai solusi bagi intermitensi dari variabel energi terbarukan, seperti tenaga surya dan angin pada jaringan listrik," tuturnya.

Saat ini, sedang berlangsung pembangunan beberapa proyek pembangkit listrik tenaga hidro di Indonesia, yaitu PLTA Jatigede berkapasitas 110 megawatt (MW) dan PLTA Asahan (174 MW), yang ditargetkan mencapai commercial operation date (COD) pada 2024.

Kemudian, PLTA Peusangan 1 dan 2 (88 MW) serta PLTA Merangin (350 MW) yang akan COD pada 2025, serta PLTA Batang Toru (520 MW) yang COD pada 2026.

"Untuk meningkatkan peran tenaga hidro pada sistem kelistrikan, Indonesia juga mengembangkan pumped storage pertama, Upper Cisokan yang berkapasitas 1.040 MW, yang memanfaatkan aliran air Sungai Cisokan, Jawa Barat," ujar Arifin.

Pemerintah juga berencana untuk mengembangkan industri hijau di Kalimantan dengan memanfaatkan tenaga hidro.

Terdapat dua proyek tenaga hidro berskala besar yang sedang disiapkan, yakni PLTA Kayan dengan kapasitas 9.000 MW, yang akan menyuplai listrik untuk industri manufaktur.

Selanjutnya, PLTA Mentarang berkapasitas 1.375 MW, yang akan memberikan suplai listrik untuk industri.

"Dengan memanfaatkan potensi besar tenaga hidro yang berlokasi di Papua, pemerintah juga berencana untuk membangun area industri hidrogen hijau, yang akan dibangun di beberapa lokasi potensial, yakni Memberamo 1 (5.695 MW), Memberamo 2 (933 MW), dan Edi Valen (630 MW)," sebutnya.

Melalui kongres tenaga hidro dunia World Hydropower Congress (WHC) 2023, Arifin berharap seluruh pihak dapat memperkuat kerja sama untuk meningkatkan pemanfaatan inovasi teknologi dan akses pembiayaan yang kompetitif.

"Di kongres ini, saya berharap adanya pertukaran ide, informasi, dan pengalaman yang bermanfaat, yang diharapkan dapat mengatasi berbagai tantangan dalam pengembangan pembangkit listrik tenaga hidro dan untuk meningkatkan kolaborasi yang konstruktif secara global," sebutnya.

Baca juga: Pembangkit listrik komplementer mega hidro-PV China mulai beroperasi
Baca juga: Pemkab Badung segera bangun Pembangkit Listrik Tenaga Hidro Statis

Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023