Rupiah ditutup menguat kemarin (Senin, 30/10) terhadap dolar AS, tapi penguatan tidak jauh dari level Rp15.900 per dolar AS, sehingga ada kemungkinan potensi pelemahan rupiah masih belum hilang
Jakarta (ANTARA) - Analis Pasar Mata Uang Lukman Leong mengatakan rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pasca data manufaktur Federal Reserve (Fed) Dallas melemah.

"Dallas Fed Manufacturing Index sebesar -19,6 dengan ekspektasi -15,” ujar dia ketika dihubungi di Jakarta, Selasa.

Di samping itu, penguatan rupiah terbatas setelah data China yang baru dirilis menunjukkan aktivitas manufaktur lebih lemah dari harapan, yakni 49,2 dengan ekspektasi 50,2.

Pada penutupan perdagangan hari ini, mata uang rupiah menguat sebesar 5 poin atau 0,03 persen menjadi Rp15.885 per dolar AS dari penutupan sebelumnya sebesar Rp15.890 per dolar AS.

Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Selasa turut menguat ke posisi Rp15.897 dari sebelumnya Rp15.916 per dolar AS.

Berdasarkan kalender ekonomi, tidak ada tidak ada data krusial yang dirilis pada awal pekan. Fokus investor beralih ke hal-hal penting selama sisa minggu ini, termasuk keputusan suku bunga Bank of England dan Federal Reserve, yang diperkirakan tidak akan dinaikkan oleh bank sentral masing-masing.

Saat pembukaan perdagangan pagi tadi, Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra menduga rupiah akan melemah karena dipicu antisipasi pasar terhadap jelang keputusan Bank Sentral AS dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada pekan ini.

Pengendalian inflasi dan penguatan kondisi ketenagakerjaan akan menjadi topik pembicaraan dalam pertemuan FOMC. Inflasi masih menjadi fokus karena melenceng jauh dari target 2 persen, dan para pejabat AS bakal mempertanyakan apakah kebijakan saat ini masih cukup mendorong inflasi turun atau perlu kebijakan baru.

“Rupiah ditutup menguat kemarin (Senin, 30/10) terhadap dolar AS, tapi penguatan tidak jauh dari level Rp15.900 per dolar AS, sehingga ada kemungkinan potensi pelemahan rupiah masih belum hilang,” ungkapnya.

Adapun sentimen lain yang diprediksi melemahkan rupiah berasal dari eskalasi konflik antara Israel melawan Hamas (kelompok perjuangan Palestina).

Seperti diketahui, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Sabtu (28/10) mengatakan bahwa pasukan rezim Zionis Israel telah melancarkan serangan darat ke Gaza, Palestina, sebagai bagian dari "perang tahap kedua" untuk menghancurkan kemampuan militer dan pemerintahan Hamas, serta membebaskan para tawanan.

Baca juga: Analis: Potensi pelemahan rupiah terhadap dolar AS belum hilang
Baca juga: Rupiah Selasa pagi menguat jadi Rp15.877 per dolar AS


Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023