Melihat krisis sumber daya energi nonterbarukan makin mendesak dunia untuk mencari alternatif energi yang berkelanjutan.
Solo (ANTARA) -
Mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta berupaya ikut menggali potensi energi baru terbarukan dengan membuat penelitian yang menggabungkan sistem pemantauan berbasis yaw dengan teknologi Internet of Things (IoT).
 
Ketua tim Alif Ilham, di Solo, Jawa Tengah, Rabu, mengatakan sistem pemantauan berbasis yaw ini dirancang untuk memonitor kinerja Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT) secara realtime.
 
Ia mengatakan penelitian dilakukan karena melihat krisis sumber daya energi nonterbarukan makin mendesak dunia untuk mencari alternatif energi yang berkelanjutan.
 
"Dari data kebutuhan Indonesia, 50,3 persen listrik yang digunakan masih berasal dari energi nonterbarukan, yaitu batu bara," katanya.
 
Menurut dia, salah satu solusi yang menjanjikan adalah energi angin. Energi ini dapat diubah menjadi listrik melalui penggunaan turbin angin. Namun, HAWT yang menjadi salah satu jenis turbin memiliki kendala dalam menangkap angin dari berbagai arah sehingga mempengaruhi efisiensi operasional turbin.
 
Sebagai upaya untuk mengatasi tantangan ini, ia bersama rekan timnya melakukan penelitian yang menggabungkan sistem pemantauan berbasis yaw dengan teknologi IoT.
 
"Sistem pemantauan berbasis yaw ini telah dirancang untuk memonitor kinerja HAWT secara realtime. Fitur yang kami rancang mencakup pemantauan berbagai parameter, seperti kecepatan angin, rotasi per menit (rpm), arus listrik, dan tegangan," katanya.
 
Ia mengatakan prototipe efficient turbine ini menggunakan beberapa sensor. Sensor ACS712 digunakan untuk memantau arus dan sensor tegangan, sensor wind vane digunakan untuk memantau arah datangnya angin, serta sensor anemometer untuk memantau kecepatan angin.
 
Hasil penelitian menemukan adanya perbandingan antara sistem konvensional dan sistem dengan yaw aktif. Dia mengatakan turbin yang dilengkapi dengan sistem yaw aktif mampu menghasilkan daya yang signifikan lebih besar dibandingkan dengan turbin konvensional.
 
Sebagai perbandingan, rata-rata turbin konvensional menghasilkan daya 213 watt, sedangkan turbin yang dilengkapi dengan sistem yaw aktif mencapai output daya sebesar 296 watt.
 
"Artinya, terjadi peningkatan efisiensi sekitar 39 persen, signifikan meningkatkan kemampuan dalam menangkap energi angin," katanya pula.

Inovasi tersebut berhasil mendapatkan pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Direktorat Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Diktiristek).
Baca juga: BRIN ungkap potensi besar energi surya terapung di Indonesia
Baca juga: Dirut PLN: Kongres Tenaga Air Dunia kuatkan komitmen kurangi emisi

Pewarta: Aris Wasita
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023