Pada Oktober 2023, tingkat inflasi yoy sebesar 2,58 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat inflasi yoy pada Oktober 2021 sebesar 1,77 persen
Bandung (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat mencatat pada Oktober 2023 terjadi inflasi secara tahunan (year on year/yoy) sebesar 2,58 persen atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 114,15 pada Oktober 2022 menjadi 117,10.

Ketua Tim Statistik Distribusi BPS Provinsi Jawa Barat Dudung Supriyadi di Bandung, Rabu, mengungkapkan bahwa secara bulanan (month to month/mtm) terjadi inflasi sebesar 0,13 persen, dan inflasi sepanjang 2023 (year to date/ytd) sebesar 1,73 persen.

Inflasi tahunan di Jawa Barat ini lebih tinggi dari inflasi nasional tahunan pada Oktober 2023 yang berada pada posisi 2,56 persen.

"Pada Oktober 2023, tingkat inflasi yoy sebesar 2,58 persen. Nilai ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan tingkat inflasi yoy pada Oktober 2021 sebesar 1,77 persen. Tapi ini lebih rendah jika dibandingkan Oktober 2022 sebesar 5,93 persen," kata Dudung.

Ia mengungkapkan dari tujuh kota di Jawa Barat, IHK di seluruhnya mengalami inflasi tahunan pada Oktober 2023, dengan yang inflasi tertinggi terjadi di Kota Cirebon sebesar 3,20 persen dengan IHK 113,36, sementara yang terendah terjadi di Kota Bandung sebesar 2,30 persen dengan IHK 115,54.

Sementara, lanjut dia, kota-kota lainnya juga mengalami inflasi tahunan yaitu Kota Bogor sebesar 3,01 persen dengan IHK 118,20, Kota Sukabumi sebesar 2,88 persen dengan IHK 115,80, Kota Bekasi sebesar 2,68 persen dengan IHK 118,18, Kota Depok sebesar 2,39 persen dengan IHK 117,13, dan Kota Tasikmalaya sebesar 3,03 persen dengan IHK 114,35.

Baca juga: BPS: Inflasi tahunan Jabar pada September 2023 sebesar 2,35 persen

Baca juga: BPS mencatat nilai ekspor Jabar meningkat 48 persen pada Mei 2023


Dudung menjelaskan inflasi ini terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya seluruh indeks kelompok pengeluaran yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 5,25 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 2,13 persen.

Lalu kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga sebesar 1,04 persen; kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 1,44 persen; kelompok kesehatan sebesar 2,63 persen; kelompok transportasi sebesar 1,14 persen; kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,23 persen.

Kemudian kelompok rekreasi, olahraga dan budaya sebesar 1,21 persen; kelompok pendidikan sebesar 1,99 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 3,18 persen; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 4,20 persen.

Untuk komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan inflasi yoy pada Oktober 2023, lanjut Dudung, di antaranya beras, rokok kretek filter, daging ayam ras, sewa rumah, kontrak rumah, bawang putih, rokok putih, emas perhiasan, jeruk, dan tarif air minum PAM.

Baca juga: BI: Kawasan Jabar selatan bisa menjadi mesin baru pertumbuhan ekonomi

"Sementara komoditas yang memberikan andil/sumbangan deflasi yoy, di antaranya bawang merah, cabai merah, bahan bakar rumah tangga, minyak goreng, cabai rawit, sabun cair cuci piring, sepatu wanita, dan ikan gurame," ucapnya.

Adapun secara bulanan (month to month/mtm), kata dia, Oktober 2023 mengalami inflasi sebesar 0,13 persen. Inflasi mtm tertinggi terjadi di Kota Depok sebesar 0,15 persen, sementara inflasi mtm terendah terjadi di Kota Tasikmalaya sebesar 0,01 persen.

Beberapa komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan inflasi mtm pada Oktober 2023, di antaranya bensin, beras, cabai merah, cabai rawit, buncis, hamburger, wortel, nasi dengan lauk pauk, emas perhiasan.

"Tapi juga ada beberapa komoditas yang memberikan andil/sumbangan deflasi mtm, di antaranya telur ayam ras, bawang merah, tomat, daging ayam ras, bawang putih, minyak goreng, kangkung, pir, buah naga," tuturnya.

Pada Oktober 2023, kelompok pengeluaran yang memberikan andil/sumbangan inflasi yoy yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 1,2960 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,0879 persen; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,2226 persen; kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,0801 persen.

Lalu kelompok kesehatan sebesar 0,0656 persen; kelompok transportasi sebesar 0,1568 persen; kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,0108 persen; kelompok rekreasi, olahraga dan budaya sebesar 0,0256 persen; kelompok pendidikan sebesar 0,1340 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,3035 persen; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,2046 persen.

Baca juga: BPS catat mobil jadi barang paling banyak diekspor Jabar ke ASEAN

Baca juga: Disparbud Jabar matangkan tambahan unsur kesundaan di BIJB Kertajati

Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023