Makassar (ANTARA) - Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin (FKM Unhas) sukses menyelenggarakan Konferensi Internasional secara hybrid: The 1st ICEGH (International Conference On Epidemiology and Global Health) atau Konferensi Internasional tentang Epidemiologi dan Kesehatan Global di Makassar.

Dekan FKM Unhas Prof Sukri melalui keterangannya di Makassar, Sabtu mengatakan konferensi ini diharapkan bisa memberi harapan besar untuk menghadirkan solusi-solusi dalam mengatasi persoalan dalam bidang epidemiologi guna meningkatkan kesehatan global.

"Epidemiologi merupakan salah satu bidang ilmu yang berperan penting dalam kesehatan masyarakat dan kesehatan global untuk memahami determinan-determinan suatu penyakit," kata dia.

Konferensi internasional yang mengusung tema "Building Resilient and Strengthening Health Security for A Global Future" ini digelar dalam rangka menyambut Dies Natalis ke-41 FKM Unhas.

Konferensi ini menghadirkan tiga pembicara yaitu Rebecca D Merril, Ph.D dan Dr Becky Batagol yang hadir secara daring serta Prof Jalaluddin Abdul Malek yang hadir secara langsung mempresentasikan materinya pada acara itu.

Rebecca D Merril, Ph.D hadir sebagai pembicara pertama yang merupakan seorang ahli epidemiologi senior untuk Tim Perbatasan Internasional di Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dan merupakan direktur CDC untuk Indonesia.

Dalam presentasinya, Rebecca membawakan materi mengenai “Effective Implementation of Public Health Emergency Protocols: Lessons Learned and Future Strategies”.

Rebecca menyebutkan bahwa ada beberapa prinsip kunci untuk mewujudkan protokol yang sukses di antaranya adalah praktis, sederhana dan mudah dilakukan, realistis dan layak, berdasarkan kebutuhan dan efisien serta memastikan penggunaan sumber daya yang adil.

"Ini harus didorong oleh proses untuk operasionalisasi yang efektif, diuji secara berkala, melalui latihan, dipantau dan diperbarui," urainya.

Baca juga: Epidemiolog imbau masyarakat jangan panik sikapi kasus cacar monyet

Sementara Dr Becky Batagol yang merupakan Associate Professor bidang hukum di Monash University turut hadir secara daring dengan membawakan materi mengenai "Contemporary Issues on Family Violence and Gender".

Pada materi Dr Becky, juga dijabarkan bahwa pelaporan kekerasan dalam rumah tangga dan keluarga di Indonesia yang hanya 10 persen memilih untuk melaporkan kasusnya ke penyedia layanan selama pandemi COVID-19. "Perempuan yang berpendidikan lebih tinggi cenderung tidak melaporkan kasusnya," ungkapnya.

Dosen UKM Malaysia Prof Dr Jalaluddin Abdul Malek hadir pula menjelaskan mengenai branding konsep kota dari era modern ke era setelahnya. Ini dinilai sangat berpengaruh terhadap kesehatan secara global dengan aktivitas manusia yang dipastikan berubah.

Baca juga: Kemenkes telusuri 20 orang kontak erat pasien polio di Purwakarta
Baca juga: Epidemiolog UI nilai cacar monyet hanya berpotensi jadi epidemi lokal

Pewarta: Nur Suhra Wardyah
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023