Jakarta (ANTARA) - Menjelang Hari Diabetes Sedunia yang jatuh pada 14 November, ahli kesehatan menegaskan pentingnya mencegah neuropati perifer yang merusak saraf tepi pengidap diabetes yang berisiko tinggi mengalami penyakit tersebut.

“Kita harus lebih fokus pada pencegahan daripada pengobatannya karena begitu penyakit ini muncul maka sudah tidak bisa disembuhkan lagi,” kata Kepala Departemen Endokrinologi Rumah Sakit DMH Pune India Dr. Vaishali Deshmukh dalam forum bincang media oleh P&G Health dalam rangka Hari Diabetes Sedunia 2023 yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin (6/11).

Neuropati perifer adalah gangguan pada saraf tepi yang menimbulkan sensasi kebas, kesemutan, rasa seperti tertusuk, dan sensasi panas pada bagian ujung tubuh, misalnya tangan dan kaki. Kerusakan saraf tepi bisa mengenai sistem saraf sensorik atau perasa, sistem saraf motorik, sistem saraf otonom, atau kombinasi dari ketiga sistem saraf tersebut.

Baca juga: Dokter: Obat-vitamin B efektif kurangi dampak neuropati perifer

Deshmukh mengatakan, tiga strategi penting untuk mencegah neuropati adalah pengendalian berat badan, pengendalian glikemik (peningkatan gula darah dari karbohidrat pangan), dan pemenuhan vitamin. Selain itu, mencegah kecanduan juga dapat mengurangi dampak neuropati pada pengidapnya.

Ketiga strategi itu amat mudah dijalankan untuk mencegah penyakit neuropati perifer, ucap Deshmukh.

Langkah-langkah tersebut penting diperkenalkan bagi masyarakat karena di India khususnya, 74,2 juta penduduknya mengidap diabetes dan setengah dari mereka berisiko tinggi mengalami neuropati, kata dia.

Dalam agenda yang sama, ahli farmasi dan Asisten Wakil Direktur, Akademik dan Riset dari Lyceum of the Philippines University Davao Dr. Kenny James Merin mengatakan ahli farmasi juga bisa berperan menangani neuropati perifer sesuai dengan kejuruannya.

“Pertama, tanyakan pertanyaan yang tepat pada pasien, lalu lakukan tes sederhana supaya kita tahu apakah pasien itu menderita penyakit neuropati yang melemahkan mereka,” kata Merin.

Ahli farmasi juga dapat memberi suplemen vitamin B kompleks, yang terdiri dari B1, B6, dan B12, serta merujuk pasien supaya dapat diperiksa oleh dokter, ucap Merin. Dia juga menyoroti perlunya mengendalikan berat badan serta tingkat gula, hipertensi, dan trigliserida dalam tubuh untuk mencegah penyakit saraf itu.

“Kemungkinan pengidap diabetes mengalami neuropati perifer kemudian hari akan tinggi jika nilai abnormal pada tubuh kita yang diketahui lewat tes laboratorium tidak kunjung dikendalikan,” ucap Merin.

Sementara itu, endokrinologis dan peneliti diabetes dari Universitas Stellenbosch Afrika Selatan Dr. Ankia Coetzee berkata bahwa praktisi kesehatan hendaknya memahami pasien dengan penuh kesabaran, karena tidak semua dari mereka mengeluhkan sakit pada tubuh meskipun bisa jadi merupakan gejala neuropati.

“Jadi, pahami apa yang pasien tidak keluhkan, apalagi hal-hal yang mereka keluhkan,” ucap Coetzee.

Baca juga: Faktor genetik memiliki risiko 7 kali lipat menderita diabetes

Baca juga: Apakah pasien diabetes boleh konsumsi gula pasir sebagai pemanis?

Baca juga: Dokter sebut mayoritas masyarakat Indonesia berpotensi miliki diabetes


Pewarta: Nabil Ihsan
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2023