Jakarta (ANTARA News) - Beberapa pedagang di Pasar Senen menyatakan lebih memilih mendapatkan suntikan modal dibanding harus menerima BLSM sebagai dana kompensasi kenaikan harga BBM.

"Kalau harga BBM jadi naik, saya sih lebih memilih dipinjami uang untuk menambah modal usaha, soalnya sekarang harga-harga sudah banyak yang naik," kata salah seorang pemilik warung nasi tegal (warteg) di kawasan Pasar Senen, Nurlaila (36).

Nurlaila mengatakan dirinya tidak mungkin menaikkan harga dagangannya meski harga sembako naik karena sebagian besar pelanggannya  adalah kenalan baik yang sudah setia membeli makanan di warungnya sejak sembilan tahun lalu.

"Paling saya menyiasati kenaikan harga dengan mengurangi porsi makanan, misalnya kalau dulu tumis kacang Rp2.000 dapat tiga sendok, sekarang cuma satu sendok," katanya.

Suhaib (53), pria beranak empat yang berprofesi sebagai supir bajaj memiliki harapan lain, dia ingin meninggalkan profesinya karena merasa kesulitan menutupi biaya pengeluaran untuk bahan bakar bajajnya.

"Dari pada Rp150 ribu cuma didapat untuk sembilan bulan, mending saya dikasih pinjaman modal untuk buka usaha, istilahnya Rp100 ribu untuk beli nasi satu keluarga saja masih kurang," kata dia.

Setiap hari, Suhaib harus menyetor Rp120 ribu ke pemilik bajaj, belum membeli bensin Rp50 ribu, ditambah untuk makan dan sebagainya.

"Kalau ramai, setengah hari saya cuma dapat Rp150 ribu," kata dia.

Senada dengan Suhaib, seorang pedagang asongan Bachrudin (39)menilai BLSM yang sebesar Rp150 ribu tiap bulan tidak efektif sebagai kompensasi kenaikan harga BBM.

"Kalau cuma dapat segitu, dua hari saja bisa langsung habis, mending saya usaha sendiri, sehari bisa dapat Rp100 ribu," katanya.

Direncanakan, sebanyak 74 juta jiwa akan warga Indonesia akan menerima BLSM, paket kompensasi terkait kebijakan kenaikan BBM bersubsidi.

Bantuan sebesar Rp150.000 akan diberikan selama sembilan bulan.

Selain BLSM di transfer tunai, kompensasi bagi warga miskin terkait kenaikan harga BBM subsidi juga dilakukan dalam bentuk penambahan subsidi siswa miskin, penambahan jumlah penyaluran raskin dan subsidi pengelola angkutan masyarakat atau angkutan desa.

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013