Makassar (ANTARA) - Menteri Kelautan dan Perikanan 2014-2019 Susi Pudjiastuti mengajak masyarakat Indonesia untuk turut menanam pohon per hari sebagai kampanye nyata terhadap perubahan iklim yang menyebabkan kekeringan dan ketidakstabilan lingkungan.

"Penduduk kita ada 270 juta. Kalau minimal sehari saja seorang menanam pohon dan minimal 30 juta orang aja yang menanam, saya yakin kita terhindar dari kekeringan, dan diperlukan kesadaran kita dalam menyiram air ke tanaman," kata Susi di Jakarta, Kamis.

Ia menuturkan saat menjadi pembicara kunci melalui video virtual dalam kegiatan Diskusi Green Press Community (GPC) diselenggarakan Masyarakat Jurnalis Lingkungan Indonesia atau The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) di Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail, Jakarta, bahwa saat ini suhu bumi semakin panas di tengah perubahan iklim.

Selain itu, dia menambahkan, naiknya suhu udara, kemarau berkepanjangan, hingga curah hujan yang tak beraturan di Indonesia belakangan ini, menunjukkan adanya permasalahan yang disebabkan kerusakan lingkungan serta keserakahan dan ketamakan manusia dalam mengeksplorasi kekayaan alam.

"Suhu panas ini erat kaitannya dengan perubahan iklim. Seperti panas terlalu tinggi dan hujan semakin tidak beraturan, dan angin juga tidak beraturan. Semestinya, bulan ini sudah masuk musim hujan. Kalau dulu musim kemarau panasnya 19-20 derajat, tapi sekarang itu sudah sampai 27 derajat. Penyebabnya, ada kerusakan baik disengaja atau tidak," ungkap dia.

Tidak hanya faktor cuaca, lanjutnya lagi, kerusakan lingkungan juga terjadi di laut hingga pesisir. Salah satu penyebabnya adalah pembukaan tambak-tambak baru yang berdampak pada berkurangnya kawasan hutan mangrove dan bakau yang menyebabkan kenaikan air muka laut ke daratan. Padahal, masih banyak tambak lama yang mestinya di konservasi, tapi malah membuat baru.

"Seperti terjadi di Natuna, dulu banyak gurita di pinggir pantai, tapi sekarang sudah tidak ada karena banyak diambil kapal pencuri ikan di tengah laut. Langkah pencegahan, mesti ada kesamaan paham antara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Kelautan Perikanan dan Industri," katanya lagi.

Untuk menangani krisis iklim yang kini berlangsung, diperlukan kebijakan negara yang pro terhadap kelestarian lingkungan termasuk kelompok industri menumbuhkan kesadarannya dampak dari perubahan iklim. Kendati industri penting untuk mendapatkan pendapatan, namun harus juga dipikirkan bagaimana pencegahan kerusakan alam atas keberadaan industri, makanya perlu ada keseimbangan.

Melalui kegiatan GPC itu, dia berpesan agar berbagai pihak terkait termasuk para jurnalis turut berperan dan menyuarakan pentingnya menjaga lingkungan, khususnya di kawasan pesisir dan wilayah perhutanan.

"Jurnalisme adalah salah satu media paling efektif memberikan edukasi ke masyarakat. Kita mesti membuat platform yang diterima masyarakat, khususnya masyarakat pesisir," ucapnya.

Diskusi bertema Narasi Media dan Peran Perempuan dalam Konservasi Laut dan Pesisir menghadirkan narasumber perempuan seperti Elin Yunita Kristanti sebagai Wakil Pimpinan Redaksi Liputan6.com, Asmania, perwakilan Kelompok Perempuan Pulau Pari, Hilda Lionata Manager Program Kelautan Yayasan Konservasi Alam Nusantara dan Mida Saragih Ocean Program Manager EcoNusa dipandu Bhekti Suryani dari SIEJ.

Baca juga: SIEJ Green Press Community kolaborasi atasi perubahan iklim

Baca juga: BMKG tegaskan sosialisasi antisipasi cuaca ekstrem jangkau warga Papua

Baca juga: Susi minta Perpres 44/2016 diperjuangkan jaga kedaulatan laut RI

Pewarta: M Darwin Fatir
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2023