London (ANTARA News) - Kekerasan yang meluas mengancam untuk menciptakan krisis kemanusiaan di Libanon saat korban tewas bertambah dan ratusan ribu orang meninggalkan rumah mereka, kata Koordianor Bantuan Darurat PBB Jan Egeland, Senin. Ketika Israel membombardemen Libanon pada hari keenam dan kelompok gerilyawan Hizbullah menembakkan lagi roket ke negara Yahudi itu, warga sipil yang menanggung pukulan terberat dari serangan tersebut, katanya. Serangan Israel telah menewaskan 179 orang, semua kecuali 13 dari mereka warga sipil, dan melukai lebih dari 500 orang. Serangan itu juga menghancurkan banyak infrastruktur sipil Libanon. Dua puluh empat warga Israel tewas dalam pertempuran itu, termasuk 12 warga sipil yang terkena dalam serangan roket. "Itu sudah `perlindungan krisis sipil`. Kami mendengar dan melihat penduduk yang merasa terperangkap karena mereka merupakan subyek dari serangan membabibuta," kata Egeland dikutip Reuters. Ia menyerukan gencatan senjata segera dari kedua belah pihak. Ia mengatakan, ada laporan tentang puluhan atau ratusan ribu orang terlantar. Sementara banyak orang yang berlindung di sekolah, ribuan lagi orang yang berusaha lari ke Suriah yang berdekatan tapi dihentikan oleh jalan yang dirintangi atau hancur. Egeland mengatakan, ada juga ketakutan mengenai dampak dari putusnya energi dan hancurnya infrastruktur air, pembuangan kotoran dan kesehatan. Rumah sakit bekerja tapi bahan bakar merupakan masalah dan mobil ambulans tidak dapat mencapai orang yang membutuhkan perawatan penyelamatan-hidup. Menurut Egeland, sangat memilukan bahwa infrastruktur Libanon hancur tepat ketika kerja pembangunan kembai berakhir setelah beberapa tahun perang saudara. PBB, yang berusaha mengevakuasi sekitar 400 staf dan tanggungannya dari Libanon dalam beberapa hari yang akan datang ini sedang berusaha untuk mengirim tim darurat. Egeland mengatakan sebanyak mungkin staf PBB akan tinggal dan badan dunia itu mungkin akan segera minta masyarakat internasional untuk menyediakan dana.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006