PT IWIP berkomitmen untuk berpartisipasi dalam inisiatif pelestarian lingkungan hidup
Ternate (ANTARA) - Manajemen PT Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP), sebagai pengelola kawasan industri berbasis nikel di Kabupaten Halmahera Tengah (Halteng), Maluku Utara (Malut), merespon kekhawatiran berbagai pihak terkait kondisi Sungai Sagea yang menguning dan tercemar.

GM External Relations & HR PT IWIP, Yudhi Santoso dihubungi, Kamis, menyatakan temuan investigasi independen melalui laboratorium yang terakreditasi, serta upaya investigasi yang telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah, Provinsi dan Pusat menunjukkan bahwa kekeruhan air Sungai Sagea disebabkan oleh fenomena alam seperti cuaca dan karakteristik batuan karst di wilayah tersebut dan bukan disebabkan oleh aktivitas PT Weda Bay Nickel (WBN) maupun PT IWIP.

"PT WBN sendiri tidak melakukan operasi penambangan di wilayah hulu Sungai Sagea, yaitu Ake Sepo dan Ake Yonello," ujar Yudhi.

Dia menyebut, PT IWIP memahami pentingnya kejernihan Sungai Sagea bagi masyarakat sekitar dan integritas ekosistem lokal oleh karena itu PT IWIP serius memperhatikan isu yang telah muncul.

Selain itu, uji laboratorium yang dilakukan oleh PT Analitika Kalibrasi Laboratorium, lembaga yang terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) di Bogor, menyatakan bahwa kualitas air di Sungai Sagea tidak melewati ambang batas baku mutu lingkungan yang ditetapkan.

"Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa parameter Oksigen Terlarut (DO) adalah satu-satunya yang melebihi ambang batas. Hal ini menunjukkan, air Sungai Sagea yang tercemar dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan seperti temperatur air dan udara, tekanan barometrik udara, jumlah tumbuhan air, kadar mineral, dan Biological Oxygen Demand (BOD)," ujar Yudhi.

Baca juga: DLH Malut sampaikan uji kualitas air Sungai Sagea
Baca juga: Diduga cemari sungai, aktivitas tambang Halmahera diminta dievaluasi


Sedangkan, data BMKG sendiri menunjukkan, jumlah curah hujan di area Sagea pada bulan Agustus 2023 mencapai 574 mm dengan kategori hujan sangat tinggi. Curah hujan total di daerah pesisir pada bulan Agustus 2023 mencapai 685 mm dalam 1 bulan, dengan maksimum 24 jam adalah 116 mm. Ini hampir dua kali total curah hujan bulanan untuk data 20 tahun terakhir. Kekeruhan air yang muncul di Sungai Sagea merupakan efek dari kondisi cuaca ini dan juga sifat batuan karst di wilayah tersebut yang mudah larut.

Yudhi menegaskan, Sungai Sagea bukan hanya merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat lokal, tetapi juga memegang peranan penting dalam ekosistem lokal yang harus dilestarikan. "Dalam respons terhadap isu ini, PT IWIP telah memulai langkah-langkah investigasi menyeluruh terkait klaim yang diajukan,” katanya.

​​​​​​Sebagai bagian dari pendekatan yang jujur dan transparan, perusahaan itu  telah bermitra dengan pihak ketiga independen untuk melakukan audit lingkungan dan mengevaluasi dampak operasionalnya terhadap Sungai Sagea.

"PT IWIP memahami dan menghargai pandangan awal yang diberikan oleh koalisi SaveSagea dan Forum Koordinasi DAS Moloku Kie Raha. Dalam semangat peduli terhadap lingkungan, PT IWIP berkomitmen untuk berpartisipasi dalam inisiatif pelestarian lingkungan hidup khususnya Sungai Sagea dengan terus berkolaborasi dengan masyarakat dan berkoordinasi dengan Pemerintah setempat," katanya.

Baca juga: Pj Gubernur Jabar: Banyak sekali pengaduan pencemaran sungai di Bekasi
Baca juga: BRIN : Banyak tumpahan mikroplastik di Sungai Citarum
Baca juga: DLH cek penyebab ikan mati di sungai Mukomuko

 

Pewarta: Abdul Fatah
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2023