Kereta api merupakan moda transportasi yang berkelanjutan.
Jakarta (ANTARA) - PT Kereta Api Indonesia/KAI (Persero) mengedepankan penerapan prinsip-prinsip Environmental, Social, Governance (ESG) dalam menjalani bisnis untuk menciptakan ekosistem transportasi berkelanjutan.

“Kereta api merupakan moda transportasi yang berkelanjutan. Di era yang mengedepankan environmental, social, and governance (ESG) ini, kereta api akan menjadi pendorong utama untuk angkutan berbasis environment,” kata EVP of Corporate Secretary KAI Raden Agus Dwinanto Budiadji dalam keterangannya, di Jakarta, Kamis.

Agus menyebutkan aksi nyata KAI dalam menerapkan ESG, antara lain pemakaian bio solar untuk kereta api, penggunaan panel surya di stasiun dan perkantoran, serta kegiatan-kegiatan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) di bidang lingkungan hidup ataupun pendampingan UMKM.

KAI telah menggunakan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atau panel surya di Stasiun Gambir dan Gedung Jakarta Railway Center. Ke depan, KAI akan memasang solar panel di 40 stasiun dan 2 balai yasa.

Adapun untuk bahan bakar kereta api, kata Agus, saat ini KAI telah menggunakan Biosolar B30 yang berarti 30 persen dari campuran tersebut terdiri dari bahan bakar yang berasal dari sumber nabati atau organik seperti dari minyak kelapa sawit, jarak, ataupun dari beragam bahan organik lainnya.

Biosolar B30 memiliki emisi gas buang yang lebih rendah, sehingga dapat membantu mengurangi polusi udara. Bahkan di beberapa titik di Sumatera KAI sudah menggunakan Biosolar B35 yang berarti tingkat ramah lingkungannya lebih tinggi.

Menurut Agus, salah satu kelebihan kereta api, yaitu kapasitasnya yang sangat besar. Dia menjelaskan satu gerbong bisa mengangkut 50 ton barang atau seukuran 2 truk kontainer.

Sementara pada satu rangkaian kereta api angkutan batu bara di Sumatera bagian selatan dapat menarik 60 gerbong atau 3.000 ton sekaligus. Jika diangkut truk butuh kurang lebih 120 truk. Oleh karena itu, pemanfaatan kereta api menjadi lebih ramah lingkungan karena penggunaan BBM yang lebih rendah dan minim polusi.

KAI juga menggelar program TJSL untuk mendukung pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), di antaranya dengan memberikan bantuan permodalan, meningkatkan softskill melalui pelatihan, serta mengikutsertakan dalam berbagai kegiatan pameran baik berskala nasional ataupun internasional.

Saat ini, terdapat 660 mitra binaan aktif KAI yang tersebar di seluruh daerah operasional Jawa dan Sumatera. Pada tahun 2023 ini, hingga bulan Oktober, KAI telah menyalurkan dana sebesar Rp3,8 miliar bagi UMKM binaannya melalui program kolaborasi.

“Melalui penerapan ESG, KAI bukan hanya menjadi pelopor dalam transportasi berkelanjutan, tetapi juga berperan dalam menciptakan nilai jangka panjang untuk semua pemangku kepentingan,” ujar Agus.
Baca juga: PT KAI imbau kendaraan darat tak ganggu perjalanan KA Batara Kresna
Baca juga: PT KAI catat kenaikan volume penumpang jelang Piala Dunia U-17

Pewarta: Farhan Arda Nugraha
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023