Kebutuhan rotan manau untuk greenbone sekitar 5.000 sampai 20.000 batang
Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengupayakan pengonservasian rotan manau agar populasinya semakin bertambah dan bisa mencukupi kebutuhan berbagai industri mulai dari furnitur hingga medis.

“Peneliti kami sudah berhasil menguasai teknik perbanyakan rotan manau sesuai persyaratan yang diajukan pengguna," kata Kepala Pusat Riset Konservasi Tumbuhan Kebun Raya dan Kehutanan BRIN Andes Hamuraby Rozak dalam keterangan di Jakarta, Kamis.

Baca juga: Perajin di Aceh ekspor 11 unit sepeda terbuat dari rotan ke Prancis
 
"Sehingga, diharapkan kebutuhan bahan baku untuk industri medis dengan tujuan bone regeneration bisa kita penuhi, tanpa menyebabkan penurunan populasi yang mengarah pada kelangkaan,” imbuhnya.
 
Rotan manau merupakan salah satu jenis rotan yang memiliki nilai jual tinggi. Tanaman memiliki nama Calamus manan miquel itu banyak dimanfaatkan sebagai bahan anyaman dan bahan pembuat kursi roda, meja, sofa, tempat tidur, dan berbagai produl mebel lainnya.
 
Bahkan, ilmuwan Italia meriset penggunaan rotan manau bisa menggantikan tulang yang rusak.
 
Direktur Bambu Nusa Verde, Mark Alfons Peeters mengatakan ukuran rotan manau yang besar lebih dari 6,5 sentimeter menyerupai ukuran tulang manusia menjadi alternatif titanium yang selama ini dipakai untuk menggantikan tulang manusia yang rusak.
 
"Kebutuhan rotan manau untuk greenbone sekitar 5.000 sampai 20.000 batang," ujarnya.

Baca juga: Nilai ekspor furnitur rotan Cirebon tembus 14,6 juta dolar AS
 
Rotan manau merupakan rotan premium asal hutan Indonesia yang memiliki nilai ekonomi tinggi, terutama pada sektor industri furnitur. Hal ini karena rotan manau memiliki ukuran diameter batang yang besar dan panjang.
 
Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Konservasi Tumbuhan Kebun Raya dan Kehutanan BRIN Sutiyono menyampaikan rotan manau memiliki sifat kayu kuat dan lentur.
 
"Sifat unggul inilah yang membuatnya banyak dieksploitasi secara berlebihan, sehingga menjadi langka," ungkapnya.
 
BRIN bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menemukan bahwa jenis rotan manau yang terbaik berasal dari Taman Nasional Siberut di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat.
 
Kegiatan pengelolaan bersama masyarakat dilakukan untuk meningkatkan produksi rotan manau di area in situ maupun pembibitan di Yogyakarta.
 
Lugi Hartanto dari Balai Taman Nasional Siberut mengatakan program kemitraan konservasi pemberian akses hasil hutan bukan kayu (HHBK) rotan manau menjadi program sangat penting bagi pengelolaan kawasan Taman Nasional Siberut.

Baca juga: Penjual keranjang parsel raup hingga Rp15 juta sehari jelang Lebaran

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2023