Pengasuhan positif prinsipnya memberikan kesempatan pada orang tua agar mampu secara mandiri mengatur kapasitas untuk mendisiplinkan anak
Jakarta (ANTARA) - Dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Institut Pertanian Bogor (IPB) Jawa Barat Yulina Eva Riany menyatakan bahwa pengasuhan positif bisa memberi kesempatan bagi ibu untuk lebih bahagia sehingga juga memberikan dampak positif untuk penurunan stunting.

"Pengasuhan positif prinsipnya memberikan kesempatan pada orang tua agar mampu secara mandiri mengatur kapasitas untuk mendisiplinkan anak, sehingga orang tua, utamanya ibu, bisa healing - sembuh sendiri, dan emosinya bisa lebih terregulasi," kata Yulina dalam diskusi yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.

Ia menjelaskan, selain dapat menurunkan stres dan depresi, pengasuhan positif juga dapat menurunkan stunting (gangguan pertumbuhan pada anak) karena ibu merasa didukung untuk melakukan pengasuhan dengan bahagia.

"Sehabis melahirkan, ibu harus didukung penuh, sehingga dapat mengasuh dengan happy juga. Pengasuhan yang penuh kehangatan, tidak terpaksa, dan less punishment - minim hukuman bisa membuat ibu lebih bahagia, sehingga anak terhindar dari stunting," katanya.

Terkait upaya menurunkan stunting, ia juga menekankan pentingnya memperhatikan sanitasi, karena seringkali hal tersebut dilupakan oleh orang tua.

"Ada hasil penelitian dari Bangladesh, di mana aspek edukasi pada orang tua dan pola pengasuhan sudah diimplementasikan dengan baik. Namun, angka stunting negara itu justru meningkat, ternyata mereka lupa akan aspek sanitasi sehingga tingkat kesakitan pada anak tinggi," kataya.

Selain sanitasi, ia juga mengutarakan pentingnya edukasi pada sistem pendukung di lingkungan sekitar anak, misalnya keluarga besar, yang juga berpengaruh signifikan terhadap tumbuh kembang anak.

"Bagi generasi sandwich - generasi yang menanggung beban finansial ganda, banyak pengasuhan anak ada di tangan nenek, sehingga butuh edukasi agar nenek memiliki pemahaman yang sama dengan orang tua dalam memberikan pola pengasuhan yang optimal, pemenuhan kebutuhan gizi misalnya untuk makanan pendamping ASI, perspektifnya harus sama," kata Yulina.

Sementara itu, Psikolog Senior dari Tanoto Foundation Fitriana Herarti, mengemukakan bahwa pengasuhan positif didasarkan pada kasih sayang, saling menghargai, dan melindungi hak-hak anak.

Fitriana juga menegaskan, secara tidak sadar orang tua bisa menerapkan pola asuh yang cenderung merundung anak.

"Akhir-akhir ini banyak kasus perundungan, sebenarnya tidak hanya antaranak, bahkan banyak kasus orang tua yang mem-bully anaknya sendiri, misal membandingkan anaknya dengan orang lain. Komentar negatif yang awalnya bertujuan untuk mendorong agar mereka lebih baik, malah justru menjatuhkan mental, padahal setiap anak itu unik," kata Fitri.

Ia juga menjelaskan bahwa pengasuhan yang efektif yakni dengan mencontohkan langsung ke dalam sebuah perilaku, karena anak akan meniru apapun yang dilakukan oleh orang tuanya.

"Anak adalah peniru ulung, orang tua adalah modelnya. Apapun yang terjadi pada anak, merupakan refleksi dari orangtua. Bapak-ibunya teriak maka anak bisa menirukan, teriak juga kepada temannya," katanya.

"Jangan harap anak bisa cerdas apabila orang tua tidak cerdas dalam menerima informasi. Misal - bagi yang Muslim, ketika adzan orang tua tidak memberikan contoh langsung shalat, maka anak akan menirunya," katanya.

Dirinya juga menekankan pentingnya kebijakan yang tegas untuk mengatasi stunting dengan fokus pada peningkatan pola pengasuhan yang baik, salah satu contohnya yakni di Vietnam, di mana satu kebijakan dapat memberi dampak yang signifikan pada penurunan stunting di negara tersebut.

"Di Vietnam, pemerintah sangat mendukung ASI eksklusif, ibu bekerja boleh cuti enam bulan untuk menyusui anaknya," katanya.

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: M. Tohamaksun
Copyright © ANTARA 2023