Edukasi dan diskusi dengan media ini untuk memahami konsep 'circular economy' dan permasalahan kemasan plastik bekas pakai di kehidupan sehari-hari
Makassar (ANTARA) - Ancora Foundation bersama para akademisi ​​​​​melakukan gerakan edukasi masyarakat melalui media untuk memberikan pemahaman persoalan sampah dan upaya mengatasinya melalui ekonomi sirkular.

"Edukasi dan diskusi dengan media ini untuk memahami konsep 'circular economy' dan permasalahan kemasan plastik bekas pakai di kehidupan sehari-hari," kata Executive Director of Ancora Foundation, Ahmad Zakky Habibie di Makassar, Kamis.

Dia mengatakan, inisiatif berani mengubah ini sudah dilakukan sejak tahun 2019, yang bertujuan untuk dapat mengedukasi masyarakat melalui media.

Baca juga: Bupati Banyuwangi paparkan penanganan sampah di seminar sampah plastik

Ancora Foundation hadir di Makassar melalui gerakan edukasi #BeraniMengubah untuk membahas mengenai ‘Manfaat Ekonomi, Sosial dan Lingkungan dari Implementasi Circular Economy di Indonesia’, dengan menghadirkan para pembicara ahli Ir. Rijal M. Idrus MSc.PhD yang merupakan Ketua Tim Pengembangan Strategis dan Akselerasi, Koordinator Divisi Kemaritiman SDGs Center, dan Kepala Pusat Studi Perubahan Iklim LPPM Universitas Hasanuddin, Nurul Masyiah Rani Harusi ST.MEng Dosen Teknik Lingkungan dan Rekan Peneliti Muda SDGs Center Universitas Hasanuddin serta Head of Research and Innovation of MallSampah.

“Edukasi menjadi kunci dalam pelaksanaan inisiasi penanaman pengetahuan circular economy terkait pengelolaan kemasan plastik bekas pakai dan dampaknya yang berkelanjutan," katanya.

Karena itu, dia berharap dengan pemahaman yang tepat, semua stakeholder dapat berkolaborasi bersama mengambil peran untuk memberikan dampak positif terhadap penerapan ekonomi sirkular.

Ancora Foundation sendiri melalui ‘Plastic Reborn’ telah melakukan berbagai kegiatan dalam bentuk pilar edukasi dan pemberdayaan, diantaranya edukasi terhadap 55.000 pelajar, mahasiswa dan masyarakat di Indonesia sejak tahun 2017.

Tiidak hanya itu, ‘Plastic Reborn’ juga melakukan pendampingan bagi talenta muda pegiat teknologi digital terkait manajemen kemasan plastik bekas pakai sejak tahun 2019, antara lain MallSampah dari Makassar dan Clean-Up dari Gowa.

Baca juga: PLN UIT JBB resmikan waste management Learning Center

Selain itu, juga mendorong pemberdayaan sektor informal mulai tahun 2021 dengan memperkenalkan penggunaan aplikasi digital agar sistem pengumpulannya semakin efektif, sekaligus mengedukasi dan meningkatkan kesejahteraan mereka.

Penerapan 'circular economy' yang tepat dapat memberikan manfaat bagi lingkungan sekitar, mulai dari memberikan kehidupan kedua bagi kemasan plastik bekas pakai hingga memberikan lapangan kerja bagi masyarakat.

“Partisipasi seluruh lapisan masyarakat sangat diperlukan dalam upaya mewujudkan praktik ekonomi berkelanjutan demi kejayaan ekonomi di masa depan untuk generasi penerus bangsa. Sedapat mungkin kita berupaya untuk menjaga agar kemasan plastik bekas pakai tidak menjadi sampah dan tidak sampai masuk ke laut,” jelas Rijal

Data pada tahun 2021 menunjukkan bahwa Kota Makassar menghasilkan timbulan sampah sebesar 1.023,71 ton per harinya yang mana 21,51 persen dari sampah tersebut merupakan kemasan plastik bekas pakai.

Mendorong perubahan perilaku masyarakat dalam pengumpulan dan daur ulang botol plastik PET bekas pakai merupakan hal yang penting dilakukan dalam upaya penanganan sampah, khususnya kemasan bekas pakai, agar bisa kembali mendapatkan kehidupan kedua.

Sementara itu, Nurul Masyiah mengatakan, faktor penyebab permasalahan penanganan kemasan plastik bekas pakai di Indonesia adalah paradigma serta belum maksimalnya edukasi masyarakat terkait pengelolaan yang tepat guna dan akses masyarakat ke sistem daur ulang.

Penerapan prinsip circular economy akan bermanfaat bukan hanya terhadap sektor ekonomi, melainkan juga dapat memberikan dampak ke sosial serta lingkungan.”

Upaya mengajak peran serta masyarakat terus dilaksanakan oleh berbagai pihak agar dapat mendorong implementasi circular economy di tengah masyarakat, seperti yang telah dilakukan oleh pihak akademisi Universitas Hasanuddin (Unhas) melalui Sustainable Development Goals (SDGs) Center yang merupakan pusat pengembangan SDGs kawasan Indonesia Timur untuk membantu program pemerintah Indonesia dalam mencapai 17 tujuan, 169 target dan 241 indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB).

Baca juga: Kadin-Apkasi gelar IIWTT Forum hadirkan solusi pengelolaan sampah

Pewarta: Suriani Mappong
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2023